Anak-Anak Ibrahim : Dialog Terbuka Mengenai Isu-Isu Yang Memisahkan Dan Menyatukan Muslim-Yahudi

Konflik antara Yahudi Israel dan Islam Palestina serta para pendukung mereka adalah yang terbesar dan paling berdampak. Gemanya hingga melampaui batas teritori, bahkan ke seluruh dunia. Sampai hari ini, tak satu pun usaha yang berhasil mendamaikan konflik ini, meski berbagai usaha telah dicoba. Boleh jadi karena usaha yang dilakukan tidak dilandasi dengan komitmen rekonsiliasi melalui dialog yang jujur.

Imam Shamsi Ali dan Rabi Marc Schneier melakukan upaya pendekatan antara Muslim dan Yahudi. Dengan jujur, isu yang memisahkan sekaligus menyatukan Muslim dan Yahudi, mereka hadapi sebagai sesama Anak-Anak Ibrahim. Upaya yang tidak populer ini mulai mereka retas dari Amerika Serikat, lalu merambah ke Eropa dan Timur Tengah, yang memberi secercah harapan dalam membangun perdamaian.

Buku ini adalah catatan dialog terbuka mengenai pertentangan Muslim dan Yahudi. Sangat inspiratif dan penting untuk dibaca.

"Menyadarkan bahwa Islam dan Yahudi adalah keyakinan monolistik yang memiliki garis silsilah yang sama, yaitu Millah Ibrahim, merupakan terobosan yang dapat memecah kebuntuan pendekatan dua agama samawi tersebut. Dialog Imam Shamsi Ali dan Rabi Marc Schneier ini penting untuk disimak.
--Prof. DR. Komaruddin Hidayat, Penulis buku bestseller Psikologi Kematian


Hubungan Muslim dan Yahudi telah berabad diliputi kesalahpahaman dan ketidakpercayaan.  Imam Shamsi Ali dan Rabi Mark Schneier melakukan langkah berani memulai dialog terbuka dan jujur tentang persoalan hubungan kedua agama samawi ini. Sebuah kerja sama langka yang memberi secercah harapan. Buku ini menjadi karya penting dari segi agama, politik, dan sosial.
--DR. Haidar Bagir, Penulis buku Islam Risalah Cinta dan Kebahagiaan

RABI MARC SCHNEIER adalah pendiri dan presiden Yayasan Pemahaman Etis dan rabi pembina Sinagoge Hampton di Pantai Westhampton, New York. Ia pernah bekerja sebagai pemimpin Kongres Yahudi Dunia dan Dewan Rabi New York, dan diberi kehormatan oleh Kongres AS dan Negara Israel sebagai juru bicara hak asasi manusia dan hak sipil serta toleransi agama dan etnis.

IMAM SHAMSI ALI adalah pemimpin spiritual Pusat Muslim Jamaika, pusat Islam terbesar di Kota New York. Ia bekerja di berbagai dewan, antara lain di Pusat Tanenbaum, Federasi untuk Perdamaian Timur Tengah, dan Federasi Muslim Asean Amerika Utara, dan Yayasan Muslim Amerika.

Dalam buku Anak-Anak Ibrahim, Rabi Marc Schneier dan Imam Ali mengisahkan perjalanan mereka hingga menjadi kawan dan memaparkan pandangan jujur soal isu-isu teologi maupun politis yang banyak diperdebatkan dan membelah umat Yahudi dan Muslim; menjernihkan berbagai ide keliru yang sering digunakan ekstremis kedua agama untuk membenarkan tindakan mereka. Rabi Schneier mengenyahkan kesalahpahaman soal konsep keterpilihan dalam Yudaisme, sementara Imam Ali membeberkan kebenaran sejati di balik konsep, misalnya, jihad dan Syariah. Dan, terkait konflik Israel-Palestina, keduanya berbicara blak-blakan soal pentingnya mengadakan diskusi sipil dan mencapai solusi yang damai.

Sebagaimana ditunjukkan Rabi Schneier dan Imam Ali, dengan menggapai pemahaman atas tradisi-tradisi agama lain, umat Yahudi dan Islam pun bisa menyadari bahwa keyakinan pokok mereka sesungguhnya satu alih-alih berbeda. Tradisi keduanya menganjurkan kebaikan hati, pengabdian, dan tanggung jawab bagi orang-orang yang kurang mampudan kedua agama menganjurkan umat mereka untuk mengulurkan rasa kasih bagi orang-orang di luar agama mereka.

Dalam buku yang sangat penting ini, Rabi Schneier dan Imam Ali menantang umat Yahudi dan Islam untuk keluar dari zona nyaman mereka, menemukan kesamaan dalam tradisi Ibrahim keduanya, lalu berdampingan dan berjuang demi mencapai dunia yang lebih baik bagi seluruh umat manusia.