Persaudaraan Sepanjang Hayat?

Terdapatnya banyak aspek kesamaan tidak serta merta menjadi pengikat yang kuat bagi hubungan antara Indonesia dan Malaysia. Suasana hubungan dua negara serumpun ini justru ibarat roller coaster, yang kadang naik (baik-baik saja/harmonis), namun secara tiba-tiba bisa meluncur dengan cepat ke bawah dan berada dalam kondisi menegangkan. Ternyata, konsep persaudaraan hanya digunakan sebatas kata-kata di tingkat elite, tidak diimplementasikan di dalam tindakan politik yang nyata.

Padahal, konsep itulah yang telah digunakan dalam rangka mengakhiri konfrontasi Indonesia-Malaysia pada tahun 1966 secara damai. Banyak pihak ketika itu yang dibuat heran, terutama Inggris dan Amerika Serikat, bagaimana mungkin konflik selama bertahun-tahun, yang dipenuhi rasa kebencian dengan istilah-istilah penuh gejolak, seperti "Ganyang Malaysia" dan juga clash militer yang serius di perbatasan Kalimantan (Borneo), bisa diakhiri dalam tempo cepat dan singkat.


***

Yang agak berbeda dari buku ini adalah ia lebih memberi perhatian pada proses akhir penyelesaian Konfrontasi, dengan memperlihatkan peran sipil dari kedua pihak.

Prof Dr Susanto Zuhdi, Guru Besar Ilmu Sejarah FIB-UI


Bung Karno pernah berkata "Jas Merah" (Jangan sekali-sekali melupakan sejarah). Semoga buku penting ini menjadi "pengingat" dan pemacu kedua bangsa bertetangga, Indonesia dan Malaysia, untuk terus menjaga, memelihara, merawat, dan meningkatkan hubungan baik secara bermartabat.

Dr Musni Umar, Sosilog, anggota Eminent Persons Group (EPG) Indonesia-Malaysia