Mas Bowo di Gang Madrasah

Dalam konteks sejarah, kumpulan catatan dalam buku ini, tentulah belum bisa dibilang cukup signifikan, tetapi kami yakin betapa sepelenya catatan yang berhasil kami kumpulkan ini, apabila tidak tercatat dalam sejarah kebangsaan kita, kami yakin bahwa sejarah tersebut tetap sebagai "sejarah yang cacat" atau ada yang kurang. Dan hal yang kurang itu, setidaknya, memiliki nilai yang amat signifikan. Tidak hanya dalam aspek sejarah saja, tetapi lebih dari itu juga aspek martabat kemanusiaan, politik, dan intelektual yang mereka miliki. Demikian juga aspek perjuangan yang telah dilakukan oleh pandu-pandu bangsa ini secara nyata, hingga melahirkan tonggak sejarah yang disebut Reformasi Bangsa Indonesia.

Dalam buku ini, setidaknya kita akan bisa membayangkan secara lebih utuh bagaimana para pandu sejati bangsa yang besar ini memimpin dan menyelenggarakan pemerintahan negaranya. Kita bisa belajar dan menakar dari wawasan dan wacana yang dimiliki maupun praktik yang dijalankan para tokoh berpengaruh dan secara dominan menentukan jalannya sejarah bangsa ini. Dari membaca buku ini, kami harapkan kita mampu menangkap pelik-pelik substansial sejarah bangsa ini dan melawan amnesia sejarah.

"Sebagai prajurit pasukan elite yang berjuluk Kopassus, Mas Bowo membuat saya begitu kagum pada detik pertama, saat mengulurkan tangannya, menyalami saya. Kalem, sederhana, ganteng, dan sorot matanya menyiratkan kecerdasan. Tak terbersit sama sekali mas Bowo seorang tentara. Mas Bowo begitu fasih membedah Pancasila, P-4, bahkan ajaran-ajaran Islam. Sampailah kemudian mas Bowo melontarkan sebuah gagasan besar: bagaimana Indonesia menjadi bangsa besar yang sejajar dengan Amerika Serikat, sejajar dengan super power-super power lainnya" (Budiono Darsono, mantan Redpel Tabloit DeTik, sekarang mengelola media internet the_tik.com)