Berita Terbaru
  Semua Kategori » Buku » Raumanen - Ketegaran Perempuan Bersama Kepengecutan Laki-Laki

Raumanen - Ketegaran Perempuan Bersama Kepengecutan Laki-Laki

  Buku - Kamis, 03 Agu 2006 12:30:05
  Sebelum buku harian Bridget Jones dibaca orang, Marianne Katoppo dengan Raumanen-nya melumatkan pandangan tentang kebangkitan pengarang perempuan mutakhir era 2000.

Memasuki tahun 2000-an, pengarang Marian Keyes memberikan sumbangan berharga dalam perkembangan dunia fiksi populer dengan novelnya yang berjudul Watermelon. Novel dari pengarang kebangsaan Irlandia ini tidak saja dibaca oleh perempuan di negaranya, tapi setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, ia mendapat sambutan hangat.

Perempuan dalam Watermelon menjadi cerminan bagi perempuan dewasa di belahan dunia, karena mampu menangkap gambaran ‘apa yang sebenarnya terjadi dalam diri perempuan urban era milenium’ begitu tulis Guardian. Meski Keyes telah memberi pondasi berharga pada perkembangan mula genre fiksi bernama chicklit, namun pada perkembangannya, nama Helen Fieding yang menuai berkah setelah itu. Novel Bridget Jones's Diary begitu digilai banyak pembaca di belahan dunia.

Nona Jones dalam novel itu dianggap ‘mewakili pikiran perempuan yang mengerti apa yang mereka mau, tanpa harus menjadi sempurna’ begitu tulis Publisher Weekly. Serapan Bridget Jones's Diary menjadi momen pemula yang dianggap besar, apalagi setelah filmnya lahir dan menjadikan Renee Zellweger sebagai ikon yang mewakili para pembacanya di seluruh dunia… Begitu buku harian itu terbuka, dan dibaca banyak orang, maka lahirlah kemapanan pembaca perempuan yang menerjemahkan bacaan yang dengan kekhasan istilahnya: “perempuan banget!”. Setelah Marian Keyes, Helen Fielding, dan juga Sophie Kinsella yang populer dengan serial Shopaholic-nya.

Tahun 2000-an lahir sebuah genre yang melahirkan keriaan dunia pembacaan novel populer. Begitu ketika belasan novel terjemahannya masuk ke Indonesia, meski telah beberapa tahun, masih menyisakan getaran yang kuat. Belasan karya terjemahan itu akhirnya ‘melahirkan’ pembaca yang ikut memeriahkan dengan menulis karya sendiri. Belasan, bahkan, dengan sejumlah lomba dari sebuah penerbit, menjadikan keriaan ini bagai sebuah ‘pertunjukan tanpa sutradara’. Boleh dikatakan, hasil penulis anak negeri yang dihasilkan berupa karya chicklit made in Indonesia belum berangkat dari akarnya sendiri. Pondasinya masih mengambil dari pendahulunya di Barat sana. Bila diibaratkan, inilah pertunjukan sinetron Bella Vista dengan pigura dunia pustaka.

Adalah sebuah ‘kesalahan’ bila kemudian riuh chicklit ini membuat kita tenggelam dalam bacaan serupa dan melupakan novel berjudul Raumanen, karya Marianne Katopo yang ditulis medio 70-an. Padahal kala novelnya ditulis, saat itu ia mampu berjajar dengan sejumlah karya dari penulis perempuan. Sebuah bukti, yang bahkan melumatkan pandangan tentang kebangkitan pengarang perempuan mutakhir era 2000-an Ayu Utami dengan novel Saman.

Di balik bahasanya yang indah, renyah dan lincah, Raumanen tidak melulu hanya bertutur tentang perjalanan cinta mereka. Karya fenomenal ini justru menyimpan semangat menjungkirbalikkan. Marianne Katoppo membedah makna cinta dengan laju tuturannya yang menggoyahkan dan merubah pandangan kita tentang konsep-konsep cinta. Kelindan cerita dibalut dengan ketegaran perempuan bersama kepengecutan laki-laki. Bahkan benturan-benturan yang dihentakkan lewat kupasan identitas kesukuan, pertanyaan tentang ‘orang Indonesia’ bahkan apa itu keimanan dalam Raumanen menjadi semacam lantunan harmoni yang telah menghantarkan novel sekaligus penulisnya meraih penghargaan.

Raumanen, terbit pertama kali tahun 1977. Beberapa tahun selanjutnya novel ini meraih tiga hadiah sastra. Pemenang Sayembara Menulis Dewan Kesenian jakarta 1975, Hadiah Yayasan Buku Utama 1978, dan Sea Write Award 1982.

Berikut sekelumit cerita Raumanen:

Jakarta tahun ’60-an. Raumanen seorang gadis Manado yang cantik, rajin, independen. Monang pemuda Batak flamboyan, doyan pesta, lengkap dengan sedan mengkilap nan mewah. Keduanya besar di Jakarta. Sebuah pertemuan yang berulang perlahan-lahan menyusupkan perasaan cinta yang tanpa disadari mengjungkirbalikkan dunia impian mereka.

***

Diambil dari artikel di situs Metafor Publishing.
   
 
  Berita Lainnya
In Bed With Model$? Hmm...
29 Jul 2006-[Buku]
Billy is Back! Hati-Hati dan Persiapkan Diri Anda
25 Jul 2006-[Buku]
Proses Pengiriman atau Layanan Antar BukuKita.com
21 Jul 2006-[Info BukuKita]
Aroma Perfume Perawan Menggetarrrkan BukuKita.com
14 Jul 2006-[Buku]
Kisah Klan Otori dan Chronicles of Ancient Darkness
11 Jul 2006-[Buku]