Display Buku
Aku Angin. Engkaulah Samudra
 
Rp 69.000
Hemat Rp 13.800
Rp 55.200

 
Apa itu Resensi?

Resensi adalah pertimbangan, pembicaraan atau ulasan sebuah buku.
Resensi itu bukan sekadar menceritakan isi buku atau sinopsis.
Resensi adalah penilaian Anda secara kritis setelah membaca isi buku, apa kelebihannya atau kekurangannya.
Jadi sekali lagi, resensi tidak sama dengan sinopsis dan resensi tidak mengandung spoiler (membocorkan isi cerita yang penting).
Resensi dari emmariyanti
 
  25 Jul 2014 - 23:36:52

Isi Resensi :
AKU ANGIN, ENGKAULAH SAMUDRA


Maru dan Samu bersahabat sejak kecil. Mereka tinggal di sebuah dusun di Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta. Berdua mereka menghabiskan masa kecil sampai akhirnya harus terpisah saat tiba masa pensiun Ibunda Maru sebagai kepala SD di dusun tersebut. Maru pindah ke Yogyakarta dan Samu tetap di Gunung Kidul. Sejak kecil, Samu percaya bahwa takdir mereka seiring dengan nama yang disematkan pada diri mereka. Ia akan hidup di laut (Samudro) dan Maru akan berkelana ke manapun angin membawanya (Maruto). Entah kebetulan atau memang sudah suratan, Maru memang ‘terbawa’ angin yang bertiup. Terdaftar di sebuah SMP negeri Yogyakarta belum memberinya ruang menggantikan Samu. Maru baru bisa membuka pergaulan saat pertengahan SMU. Kemudian berawal di bangku kuliah, dunia jurnalistik mulai melekat pada dirinya hingga menjadi profesi di Bandung. Lalu bagaimana dengan Samu? Setelah terpisah belasan tahun tanpa kabar berita, Maru mendapati bahwa Samu benar-benar bergabung di dalam satuan TNI AL dan bertugas di daerah konflik di Aceh. Tanpa diduga, Maru mendapat telepon Samu dari Aceh. Komunikasi mulai berjalan lancar, sampai akhirnya Maru memutuskan untuk membuat sebuah buku fiksi berlatar belakang konflik di Aceh. Samu menjadi nara sumber terpercaya dengan menceritakan langsung peristiwa-peristiwa yang dialaminya. Mulai dari penjagaan pos TNI, pengintaian sampai baku hantam senjata melawan GAM. Ada sesuatu yang dirasa kurang oleh Maru, ia harus datang ke Aceh, menyaksikan atmosfer tanah rencong dengan mata kepalanya sendiri. Satu hal yang diimpikannya adalah wawancara langsung dengan gerilyawan GAM. Maru berangkat ke Aceh, dibantu beberapa teman untuk mendapat petunjuk disana, ia tidak memberi tahu Samu akan kedatangannya dengan maksud memberi kejutan. Namun setelah tiba di Aceh Samu justru tidak dapat dihubungi. Maru berhasil mewawancarai seorang pemimpin pasukan GAM dan berencana untuk kembali ke bandung. Namun ia diculik oleh GAM dan bertemu dengan Malahayati, seorang perawat yang juga diculik GAM. Maru mendapati bahwa Mala merupakan seorang gadis yang kuat dan tegar, ia menjadi sebatang kara karena seluruh keluarganya menjadi korban penembakan oleh GAM. Dan ternyata Mala adalah gadis yang kerap dituliskan oleh Samu sebagai orang membuat hari-harinya sebagai tentara lebih berwarna dalam surat-suratnya kepada Maru. Maru mendapat setitik harapan bahwa lewat Mala, ia dapat bertemu Samu. Kurang lebih sebulan dalam penculikan, Samu terlibat dalam beberapa pelarian menghindari kontak senjata GAM dan TNI. Dalam penculikan itu juga Maru mengetahui dari sesama korban penculikan yang mantan anggota GAM, bahwa ia memutuskan keluar dari GAM karena gerakan itu sudah tidak jelas keberpihakannya pada siapa, apakah benar-benar untuk mewujudkan penegakan hukum agama di Aceh seperti cita-cita Hasan Tiro atau kepentingan lainnya. Maru tertembak saat berusaha melarikan diri. Setelah melewati masa kritis pasca operasi, ia diterbangkan pulang ke Bandung. Masih menyimpan trauma penculikan itu, Maru tetap melakukan kontak dengan Samu. Hingga terjadilah tragedi itu. Minggu 26 Desember 2004, pagi yang biasa, pesisir pantai ramai anak-anak berkejaran. Tiba-tiba air laut surut sampai ke tengah, ikan-ikan berlompatan keluar dari air, lalu air menggulung beberapa kali lipat lebih tinggi dari ombak biasa. Orang-orang berteriak gempa dan tsunami, mayoritas daerah Aceh tersapu tanpa bekas. Betapa Allah sangat menyayangi Aceh, tahun-tahun pergolakan senjata dan baku tembak yang tak kunjung reda dihentikan dengan goncangan lempeng bumi yang bertabrakan. Betapa Allah mencintai Aceh dan penduduknya, tak kunjung henti rahmat Dia curahkan pada mereka, yang dipercaya mampu sandang lara. Sampai hari ini, tak satupun kita tahu apakah GAM ‘menyerah’ dengan menerima regulasi pemeritah akan status Aceh, pun kita tak tahu apakah masih ada gerilyawan mereka yang bergerak di dalam hutan di balik semak belukar. Semoga yang terbaik selalu menyertaimu wahai bumi Serambi Mekkah…
Rating
+1 rating+1 rating+1 rating+1 rating+1 rating


 
 
[Semua Resensi Buku Ini]