Display Buku
The Fault In Our Stars Movie Tie-In
 
Rp 49.000
Hemat Rp 2.450
Rp 46.550

 
Apa itu Resensi?

Resensi adalah pertimbangan, pembicaraan atau ulasan sebuah buku.
Resensi itu bukan sekadar menceritakan isi buku atau sinopsis.
Resensi adalah penilaian Anda secara kritis setelah membaca isi buku, apa kelebihannya atau kekurangannya.
Jadi sekali lagi, resensi tidak sama dengan sinopsis dan resensi tidak mengandung spoiler (membocorkan isi cerita yang penting).
Resensi dari DwiWynne_02
 
  20 Apr 2015 - 15:56:59

Isi Resensi :
Resensi novel "The Fault In Our Stars"


Apa hal pertama yang terlintas dalam pikiran kalian saat mendengar kata ‘cerita cinta remaja’? Cowok ganteng nan sempurna? Cerita yang menyenangkan dan happy ending? Hmm… gue ingetin ya, buang jauh-jauh khayalan itu karena kalian ga akan menemukan cerita pasaran seperti itu di buku ini. Augustus Waters tidak seperti pemeran utama pria yang kalian bayangkan. Ia bukanlah pria populer yang sempurna dengan banyak gadis cantik di sekelilingnya. Namun Augustus Waters tahu bagaimana memperlakukan gadis yang dicintainya. Ia membuatnya tertawa, memujinya, dan yang terpenting; ia selalu ada untuknya. Ia benar-benar seperti pria yang diimpikan semua gadis, bukan? Berawal dari rekomendasi temen gue yang suka banget novel romance dan melihat rating di Goodreads yang menakjubkan, bahkan mendekati sempurna, saya pun langsung memohon untuk meminjam buku tersebut dengan wajah memelas. Saya sangat penasaran dengan "hal" yang membuat buku ini mendapat begitu banyak bintang dan pujian. Apakah karena judulnya terdapat kata "bintang"?#abaikan Mengidap kanker pada umur 16 tahun pastilah terasa sebagai nasib sial, seolah bintang-bintang serta takdirlah yang patut disalahkan. Itulah yang dialami oleh Hazel Grace. Sudah begitu, ibunya terus memaksanya bergabung dengan kelompok penyemangat penderita kanker. Padahal, Hazel malas sekali. Tapi, kelompok itu toh tak buruk-buruk amat. Di sana ada pasien bernama Augustus Waters. Cowok cakep, pintar, yang naksir Hazel dan menawarinya pergi ke Amsterdam untuk bertemu penulis pujaannya. Bersama Augustus, Hazel mendapatkan pengalaman yang sangat menarik dan tak terlupakan. Tetap saja, rasa nyeri selalu menuntut untuk dirasakan, seperti halnya kepedihan. Bisakah Augustus dan Hazel tetap optimistis menghadapi penyakit mereka, meskipun waktu yang mereka miliki semakin sedikit setiap harinya? Novel ini membawa kita ke dunia para karakternya, yang sanggup menghadapi kesulitan dengan humor-humor dan kecerdasan. Di balik semua itu, terdapat renungan mengenai berharganya hidup dan bagaimana kita harus melewatinya Buku The Fault in Our Stars; yang didaulat sebagai salah satu Best Seller Book versi New York Times, merupakan karya John Green yang keenam. Buku yang telah berhasil ‘menghancurkan’ hati banyak orang di seluruh dunia ini menceritakan Awalnya, kita dibuat hanyut ke dalam kisah cinta Augustus dan Hazel yang terlihat sempurna dan menyenangkan hingga akhirnya sesuatu yang buruk terjadi. Augustus Waters; sosok yang terlihat kuat, ceria, dan mandiri kenyataannya adalah tokoh yang paling menderita di cerita ini. Kita memang tidak menyadarinya di awal cerita, namun di penghujung cerita kita akan berpendapat bahwa Augustus-lah yang sebenarnya paling membutuhkan seseorang di sisinya lebih daripada siapapun; bahkan melebihi Hazel sang tokoh utama. Memangnya ada apa sih? Jeng, jeng… buat yang belum baca bukunya, cari tau sendiri ya hehehe *no spoiler* Gue tertarik dengan kalimat metafora yang diucapkan oleh Augustus saat ia meletakkan sebatang rokok di mulutnya namun tak kunjung menyalakan rokoknya: “Kau letakkan benda pembunuh itu di antara gigimu tapi kau tidak memberinya kekuatan untuk membunuhmu” Dari sinilah kita mengetahui bahwa ia adalah seorang laki-laki yang sedang berjuang keras melawan penyakit kanker yang tiba-tiba menyerangnya lagi namun masih dapat melihat hal-hal positif dalam situasi apapun. Augustus Waters mengajarkan kita untuk tidak memberikan kesempatan pada takdir untuk membuat kita putus asa. Ia tahu bahwa seburuk apapun hidupnya, masih ada hal-hal baik di dunia ini yang bisa ia nikmati. Ia hanya harus membuka pikirannya, memikirkan hal yang positif, dan memberanikan dirinya untuk menghadapi segala masalah; termasuk menghadapi kematiannya sendiri. Augustus Waters memang bukan pemeran utama dalam buku ini, tapi kehadirannya dalam dunia Hazel Grace Lancaster seakan mengubah cara pandang Hazel terhadap takdir yang kejam dan juga membuat hari-hari Hazel lebih berwarna. Yang terpenting, ia menunjukkan bahwa meskipun secara fisik ia jauh dari sempurna, tapi ia adalah sosok yang sempurna bagi Hazel; gadis yang dicintainya Namun sayang, ketika rasa bahagia itu memuncak, kita seringkali lupa bahwa rasa bahagia itu akan berkurang secara perlahan, sesuai kodratnya, bumi berputar, perpisahan tak terelakan lagi. Kanker merenggut kebahagiaan mereka. Sungguh, cerita ini di luar ekspektasi saya. Belajar dari kesalahan, saya tidak mau berekspektasi lebih pada suatu karya meskipun orang-orang menganggapnya luar biasa. Karena biasanya, saya sudah telanjur berekspektasi lebih, eh ternyata bagi saya pribadi karya tersebut biasa saja. Berbeda dengan novel ini, saya berekspektasi biasa saja, menikmatinya dengan membaca kata demi kata, agak terlalu lama bahkan untuk menyelesaikan novel ini. Tapi, saya sangat puas dengan hasilnya. Baru kali ini saya menangis histeris membaca sebuah cerita sepanjang berpuluh halaman pada bagian mendekati ending. Sesugukkan yang saya rasakan bagai kehilangan seseorang yang saya cintai. Saya terhanyut di dalamnya dan saya justru sangat menikmatinya, tidak ingin ditolong. *bener-bener merasa sesak di dada* Jalan ceritanya pun sangat tidak terduga. Jauh meleset dari perkiraan. *elap air mata* Pada akhirnya,saya tutup novel ini seraya berkata "Okay?Okay." :)
Rating
+1 rating+1 rating+1 rating+1 rating+1 rating


 
 
[Semua Resensi Buku Ini]