sastra dan puisi Indonesia

Indonesia banyak memiliki sastrawan hebat. Mulai dari masa pujangga lama yaitu karya sastra yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya sastra di Indonesia didominasi oleh syair, pantun, gurindam, dan hikayat, hingga Angkatan 2000-an yang di pelopori Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya Sastrawan Angkatan 2000. Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta, tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Heefanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti: Ayu Utami Abidah el Khalieqy Afrizal Malna Ahmad Nurullah Ahmad Syubanuddin Alwy Ahmadun Yosi Herfanda adalah salah seorang penyair yang dimasukkan oleh Korrie Layun Rampan ke dalam Angkatan 2000, tetapi ia sebenarnya telah banyak menulis sajak sejak awal 1980 an. Ayu Utami dengan karyanya Saman, sebuah fragmen dari cerita Laila Tak Mampir di New York. Karya ini menandai awal bangkitnya kembali sastra Indonesia setelah hampir 20 tahun. Gaya penulisan Ayu Utami yang terbuka, bahkan vulgar, itulah yang membuatnya menonjol dari pengarang-pengarang yang lain. Novel lain yang ditulisnya adalah Larung, lanjutan dari cerita Saman. Dorothea Rosa Herliany Seno Gumira Ajidarma.