Display Buku
Pendekar 4 Alis #6: Perkampungan Hantu
 
Rp 40.000
Hemat Rp 6.000
Rp 34.000

 
Apa itu Resensi?

Resensi adalah pertimbangan, pembicaraan atau ulasan sebuah buku.
Resensi itu bukan sekadar menceritakan isi buku atau sinopsis.
Resensi adalah penilaian Anda secara kritis setelah membaca isi buku, apa kelebihannya atau kekurangannya.
Jadi sekali lagi, resensi tidak sama dengan sinopsis dan resensi tidak mengandung spoiler (membocorkan isi cerita yang penting).
Resensi dari ima
 
  08 Agu 2007 - 14:03:52

Isi Resensi :
Perkampungan Orang Mati


Kisah dibuka dengan rapat serius yang diikuti tujuh sahabat Pendekar Empat Alis. Mereka adalah Koh-siong Kisu, Bok-tojin, Koh-kua Hwesio, Tong-jisiansing, Siau-siang-kiam-khek, Sukong Ti-sing dan Hoa Ban-lau. Bok-tojin sang pemrakarsa pertemuan langsung membahas tentang dua belas penjahat dunia persilatan yang mati di tangan Sebun Jui-soat. Sejak kemenangannya dari Yap Ko-seng (baca Pendekar Empat Alis #3: Duel Antara Dua Jago Pedang), Jui-soat dikukuhkan sebagai jago pedang terhebat, tapi ia masih juga hobi memburu dan membunuh penjahat yang sama sekali tidak dikenalnya. Ada yang aneh. Mengapa Liok Siau-hong sang Pendekar Empat Alis malah tidak hadir di tengah-tengah mereka? Bukankah ia paling senang mengoceh sambil minum arak bersama sahabat-sahabatnya? Ternyata ia menghilang dan tak seorang pun termasuk para sahabatnya tahu di mana ia berada. Maka itulah Bok-tojin meminta bantuan para sahabat Siau-hong untuk menemukan di mana ia bersembunyi karena nyawa jagoan kita itu dalam bahaya. Kini ia tak ubahnya buronan bejat yang harus dibabat habis oleh Sebun Jui-soat. Dosanya tidak main-main karena Jui-soat memergoki Siau-hong tidur bersama istrinya! Sampai di sini kita dibuat tidak percaya. Masa sih Liok Siau-hong yang selalu menjunjung tinggi persahabatan dan kesetiakawanan tega mengkhianati sahabat sendiri? Apalagi ia tidak bodoh dengan mencari perkara dengan Sebun Jui-soat. Ia tahu Jui-soat bukan orang yang gampang memaafkan dosa semacam itu dan sejak dulu Jui-soat ingin sekali menguji ilmu kungfunya. Wah, jangan-jangan ini semua cuma kesalahpahaman atau bisa jadi ia difitnah lagi seperti pada kasus Rumah Judi Pancing Perak dulu (baca buku ke-4). Tapi semua orang sahabat Siau-hong percaya dengan kabar buruk itu dan mereka pun bukan orang bodoh. Kita yang masih bimbang antara percaya dan tidak percaya kemudian disuguhi adegan Siau-hong sedang berlari di hutan rimba dalam keadaan mengenaskan. Kalau tidak ada kumis yang mirip alis itu, orang tidak akan percaya kalau ia adalah Pendekar Empat Alis. Pakaiannya yang biasanya necis kini compang-camping. Bibirnya pecah karena kehausan dan kelaparan. Yang menyedihkan ia juga terluka cukup parah. Tenggorokannya tidak sampai bolong, tapi dadanya terluka oleh tusukan pedang kilat. Ia harus terus berlari karena merasakan hawa membunuh Jui-soat yang terus menempel di punggungnya. Saat pagi tiba, Siau-hong menemukan seorang kakek yang terluka parah. Kakek itu mengenali Siau-hong sebagai Pendekar Empat Alis. Setelah menceritakan sebab ia tergeletak tanpa daya di tengah hutan, ganti Siau-hong yang mengenalinya. Ternyata ia bernama Tokko Bi, bajingan yang memiliki moto hidup ‘sanak famili juga tidak peduli’. Kakek brengsek ini dikejar dua keponakannya karena sudah memperkosa istri mereka. Dua pengejarnya dari kalangan berbeda. Yang satu dari kalangan putih yang bernama Yap Koh-hong, murid murid Bu-tong-pay yang masih memiliki hubungan keluarga dengan Yap Ko-seng. Sedangkan pengejar satunya dari kalangan hitam bernama Hun-yan-cu yang biseksual. Siau-hong tidak berminat bersahabat dengan orang semacam Tokko Bi, tapi di saat ia ingin pergi, kakek itu mengajukan tawaran menarik, yaitu menyelamatkan nyawanya. Asal ia mau menolong, kakek tidak tahu malu itu berjanji akan membawanya ke suatu tempat di mana Sebun Jui-soat tidak akan dapat menemukannya. Belum sempat Siau-hong mengambil keputusan, datang pesilat berpakaian putih-putih. Meski kaget setengah mati, Liok Siau-hong masih bisa tenang. Sebab yang datang bukan Sebun Jui-soat. Tiruan si pedang kilat itu bernama Yap Koh-hong. Ia berpenampilan sama seperti Jui-soat bahkan mempelajari ilmu pedang kilat karena terobsesi ingin mengalahkan Jui-soat. Tak lama kemudian datang Hun Yan-cu. Tanpa diduga, Koh-hong malah membunuh Yan-cu. Selang beberapa saat giliran Koh-hong yang tewas. Karena berhutang budi dan nyawa, Tokko Bi membawa Liok Siau-hong menuju Perkampungan Hantu yang sempat dibicarakannya bersama Koh-hong sebelum tiruan Sebun Jui-soat itu mati. Rupanya ada sindikat rahasia yang bersedia menampung para penjahat yang nyawanya terancam karena diincar Jui-soat, misalnya. Tak seorang pun yang bisa lolos dari sambaran pedang kilat, kecuali Liok Siau-hong tentunya. Bayaran yang diminta untuk kontrak mati itu sangat mahal. Kontrak mati dan lokasi perkampungan misterius itu pun sangat dirahasiakan. Tak heran, nama Perkampungan Hantu tidak dikenal di dunia persilatan. Yang ajaib ternyata Yap Koh-hong juga orang dalam perkampungan tersebut. Karena Siau-hong tidak memiliki kontrak mati dengan pihak Perkampungan Hantu, maka ia dilarang masuk. Namun karena usaha Tokko Bi dan bantuan seseorang misterius, akhirnya ia boleh masuk juga. Itu pun dengan ujian kecil terlebih dulu. Setibanya di perkampungan, ia disambut seorang gadis bernama Yap cilik yang ternyata adalah orang yang membantunya masuk. Setelahnya ia bertemu banyak tokoh kosen dunia persilatan yang seharusnya sudah mati. Sebagian dari mereka termasuk dalam dua belas orang yang dibicarakan Bok-tojin di awal cerita. Di dalam perkampungan, nasib Siau-hong hanya sedikit lebih baik daripada di hutan. Bila di tengah hutan lebat itu ia bisa mati karena kelelahan setelah berputar-putar tanpa arah alias tersesat, di sini ia berkali-kali hampir mati konyol. Ia menjadi bulan-bulanan para penghuni yang tidak menyukainya. Mereka sama sekali tidak percaya kepadanya dan menduga kalau ia adalah mata-mata dari dunia luar. Karena itulah sejak kedatangannya, ia menjadi target pembunuhan dan fitnah keji yang ujung-ujungnya percobaan pembunuhan lagi. Kita pun pasti mulai curiga apakah semua penderitaannya karena diuber-uber Sebun Jui-soat hanyalah skenario untuk menyelidiki Perkampungan Hantu? Sekali lagi kita harus ingat kalau jagoan kita yang sombong, brengsek, tapi juga baik hati ini adalah orang yang cerdik dan senang tantangan. Ia sama sekali tidak bodoh. Lagipula kelihatannya ia begitu tertarik pada Lau-to-pacu sang pemimpin perkampungan. Lelaki berpakaian kelabu dengan wajah tertutup topi caping itu sangat mengerikan karena ilmu kungfunya jauh di atas dirinya. Sayangnya, ending serial keenam Pendekar Empat Alis ini kembali menggantung meski ditulis TAMAT. Waduh, tega banget deh! Padahal persoalan masih jauh dari selesai, semuanya masih gelap dan belum ada terang sama sekali. Seharusnya Pantja Satya menutup petualangan keenam Liok Siau-hong dengan kata BERSAMBUNG. Toh Perkampungan Hantu sudah telanjur dibagi menjadi dua buku seperti yang terjadi pada Rumah Judi Pancing Perak. Itu sebabnya buku ini tipis. Maka untuk mengetahui kelanjutan petualangan Liok Siau-hong yang seru ini, anda harus melanjutkan membaca buku ketujuh : Duel di Butong.
Rating
+1 rating+1 rating+1 rating+1 rating+1 rating


 
 
[Semua Resensi Buku Ini]