Rindu Callista : Jalan Panjang Menggapai Cinta

Callista cantik tak terkira, bak titisan bidadari dari surga. Tapi Rindu, saudaranya, sungguh cupu, tak kenal mode, apalagi gaya terbaru. Ia mengabdikan hidupnya untuk kebaikan. Baginya, segala hal dalam hidup adalah sarana beribadah kepada Allah. Motonya: hidup untuk berbuat baik dan beribadah. Sementara Callista menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bersenang-senang. Menikmati hidup, katanya. Tak mengherankan kalau dirinya begitu populer di sekolah dan menjadi incaran banyak kaum Adam. Motonya: bersenang-senang dahulu, beribadah kapan-kapan.

Sampai tiba waktunya, seorang pemuda saleh, tampan, dan penuh daya tarik mengubah segalanya. Cinta pun bersemi, hingga Callista memantapkan hati, untuk belajar mengaji! Sanggupkah cinta tetap memotivasi dan menginspirasi, bahkan jika kenyataan tak sesuai harapan? Lalu, bagaimana dengan Rindu yang diam-diam ternyata juga memendam rasa pada lelaki itu? Inilah kisah tentang hidup, cinta, dan pengorbanan.

***

 Novel ini adalah perwujudan fikih dibalut cerita. Sebagai pembaca kita akan disuguhkan nilai-nilai Islam sesungguhnya, sebuah novel wajib untuk kita koleksi.
Irawan Senda, penulis Living Like a Puzzle, CEO Focus The Writing School

Rindu aku pada buku ini karena kalimat-kalimatnya yang enak dibaca. Dan, rindu aku pada tokoh Rindu dalam cerita ini, yang... ah, aku tak akan mengatakannya padamu mengapa aku merindukannya. Biarlah ini menjadi rahasiaku mengapa aku rindu pada Rindu. Hmmm, kamu pasti ingin tahu mengapa aku rindu pada Rindu. Yang jelas, kamu harus membawa buku ini dan menemukan siapa itu Rindu. Kalo enggak, kamu pasti akan penasaran selalu....
Boim Lebon, penulis & produser TV

Indah, puitis, serta banyak petuah yang membuat kita merenung.
Nurhayati Pujiastuti, penulis Ingin Aku Menggapai-Mu

Dengan jalinan cerita dan bahasa yang sederhana, novel ini bisa dinikmati oleh berbagai lapisan pembaca. Langkah awal yang potensial bagi seorang penulis pemula untuk meneruskan langkah selanjutnya.
Sanie B. Kuncoro, novelis dan penulis Ma Yan

***

Abhiezars Al-bahar, lahir di Bekasi pada 18 April 1983. Pada 1999, Abhie mulai memperdalam ilmu sastra dan menjadi salah satu anggota Bengkel Sastra. Pada 2002 hingga awal 2004, ia sempat terjun ke bidang perfilman sebagai penulis magang di salah satu PH di Indonesia sekaligus anggota kru film.

Usai Bengkel Sastra, Abhie yang bermukim di Bekasi ini memutuskan bergabung dengan Teater Keliling pimpinan Ir. Dery Syrna dan sempat mementaskan naskah teater perdananya yang berjudul Quran dan Koran (1999), hasil kerja sama dengan Rudolf Puspa di Lab. School Rawamangun. Di antara berbagai kegiatan yang dijalani, bersama beberapa teman semasa di SMU, Abhie mendirikan sebuah teater yang diberi nama Teater Bamboo. Di teater inilah ia mementaskan naskah karyanya sendiri berjudul Sang Jutawan Dungu, Quran dan Koran, sekaligus menjadi sutradara juga pemain.

Karya-karyanya yang lain meliputi karya skenario cerita lepas; di antaranya Masih Adakah Senyum Untukku (2004), Janji Untuk Cinta (2004), Tiada yang Seperti Kamu (2007), dan Romantic bukan Sekedar Cinta (2008); cerpen berjudul Sejuta Keinginan (2008), beberapa puisi di antaranya: Aku Ingin Selalu Bersamamu Selamanya, Pesan Terakhir; dll. Beberapa novel yang pernah ditulis adalah: Red Diary (2006), If Love Dont Be Angry (2008), dan sekarang sedang dalam proses menulis novel (Untuk Sebuah Cinta dan Menggapai Impian yang Terenggut).