Display Buku
Larung: lanjutan novel Saman buah karya Ayu Utami
 
Rp 70.000
Hemat Rp 3.500
Rp 66.500

 
Apa itu Resensi?

Resensi adalah pertimbangan, pembicaraan atau ulasan sebuah buku.
Resensi itu bukan sekadar menceritakan isi buku atau sinopsis.
Resensi adalah penilaian Anda secara kritis setelah membaca isi buku, apa kelebihannya atau kekurangannya.
Jadi sekali lagi, resensi tidak sama dengan sinopsis dan resensi tidak mengandung spoiler (membocorkan isi cerita yang penting).
Resensi dari ernee
 
  04 Feb 2008 - 08:15:35

Isi Resensi :
Larung: Sebuah Kritik Artistik


Larung adalah novel kedua karya Ayu Utami yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia. Novel ini adalah kelanjutan dari Saman yang pada awalnya dua novel tersebut direncanakan sebagai buku berjudul Laila Tak Mampir di New York. Dalam proses pengerjaan, beberapa sub plot berkembang melampaui rencana. Pada akhirnya Saman dan Larung merupakan dwilogi yang berdiri sendiri. Pada buku ini bertambah lagi satu tokoh utama bernama Larung Lanang selain tokoh-tokoh sebelumnya Laila, Shakuntala, Saman dan Yasmin. Novel 'Larung' dimulai dengan pembaca diperkenalkan kepada watak Larung, seorang manusia dengan sejarah hitam, yang mencoba mengarungi hidupnya dengan segala-galanya yang membelenggu jiwanya. Kisah hidupnya penuh liku-liku, ditambah lagi dengan kehadiran neneknya, seorang "makhluk yang dari mulutnya yang tremor keluar kotoran dan kekejian." Larung mempunyai seorang nenek dengan kuasa mistik luar biasa. Beliau menganggap neneknyalah yang telah menyebabkan kematian ibunya. Kematian neneknya sendiri menjadi misteri. Ayu Utami membuka novel 'Larung' dengan kematian nenek Larung (yang dilakukan secara euthanasia oleh Larung sendiri). Dari awal pembukaan novel ini saja sudah mampu membuat pembaca mengamati tulisan Ayu dengan penuh minat. Dalam 'Larung', Ayu lebih menitik beratkan kepada soal deskriptif yang lebih visual dan berani. Ada kalanya erotis. Pastinya novel 'Larung' ini lebih sesuai untuk pembaca-pembaca dewasa yang matang. Di novel ini Ayu juga banyak menceritakan tentang politik melalui apa yang terpaksa dilalui oleh watak-wataknya. Ungkapan liku-liku sejarah Partai Komunis Indonesia, sampai pada penyerbuan pejabat Partai Demokrasi Indonesia yang dikuasai pendukung Megawati Soekarnoputri yang dikenal dengan Peristiwa 27 Juli 1996 ada disebutkan sekali. Sesekali juga disebut nama-nama pemikir kiri kontemporari seperti Gramsci dan Chomsky, selain haluan ideologi komunisme dan sosialisme. Sedangkan adegan di atas ranjang yang terdapat dalam novel ini diselang-selikan dengan tema politik juga sosio-politik. Pendekatan Ayu terhadap watak-watak yang mendukung semangat feminisme progresif seperti Yasmin, Shakuntala, dan nenek Larung juga amat menyegarkan. Begitulah tokoh-tokoh fiksi Ayu Utami. Sesungguhnya novel Larung adalah sebuah upaya artistik untuk mengejek lembaga agama dengan segala perangkat dan ajarannya. Maka eforia reformasi ini memang mempunyai peluang untuk menyampaikan pikiran seperti itu, dan Ayu Utami memanfaatkan momen ini.
Rating
+1 rating+1 rating+1 rating+1 rating+1 rating


 
 
[Semua Resensi Buku Ini]