Display Buku
Trilogi Bartimaeus #1: Amulet Samarkand
 
Rp 55.000
Hemat Rp 2.750
Rp 52.250

 
Apa itu Resensi?

Resensi adalah pertimbangan, pembicaraan atau ulasan sebuah buku.
Resensi itu bukan sekadar menceritakan isi buku atau sinopsis.
Resensi adalah penilaian Anda secara kritis setelah membaca isi buku, apa kelebihannya atau kekurangannya.
Jadi sekali lagi, resensi tidak sama dengan sinopsis dan resensi tidak mengandung spoiler (membocorkan isi cerita yang penting).
Resensi dari rectoverso
 
  28 Jul 2007 - 10:38:25

Isi Resensi :
Trilogi Bartimaeus #1: Amulet Samarkand


Di buku pertama ini Jonathan Stroud sukses membuat saya ingin mengikuti kelanjutan nasib dua tokoh utamanya : Nathaniel dan (tentunya) Bartimaeus. Pertama kali mendapat informasinya, saya pikir, "yea right! here comes another magic fiction book that appear after Harry Potter phenomenon..". But like another human, i made mistake.. Kisah dunia sihir disajikan berbeda di sini, penyihir hanyalah manusia biasa yang memunyai keahlian membaca mantra untuk memanggil dan menguasai demon. Demon inilah yang sebenarnya memiliki kemampuan sihir dan mengerjakan semua keajaiban. Kisah dimulai ketika Natahaniel, seorang penyihir muda, diam-diam memanggil Jin bernama Bartimaeus, demon klasifikasi tengah atau jin (yang paling atas dan berkekuatan besar adalah marid, kemudian disusul Afrit, jin, foliot, dan yang terakhir adalah imp) untuk mencuri Amulet Samarkand. Amulet itu berada di tangan Simon Lovelace, seorang penyihir yang kejam dan ambisius. Nathaniel sendiri adalah seorang anak yang ditelantarkan keluarganya. Diserahkan kepada Arthur Underwood, seorang master penyihir yang juga seorang pegawai kementrian Dalam Negeri dengan kemampuan sihir yang tak begitu baik (tetapi congkak, sok tahu, dan tidak menyenangkan), untuk diajarkan seluk-beluk ilmu sihir. Pada dasarnya Nathaniel bukanlah murid yang bermasalah. Ia anak yang haus akan ilmu dan cepat menyerapnya. Kekurangannya adalah ia tidak bisa bersabar. Dan datanglah hari itu, hari di mana sang master mengundang koleganya ke rumah dan "memamerkan" Nathaniel. Sebuah insiden terjadi : Simon Lovelace mempermalukan sang bocah. Underwood yang seharusnya melindunginya, justru tak berkutik dan ikut menyalahkan Nathaniel. Maka, Nathaniel melatih kemampuannya memanggil makhluk dari dunia lain--meski kurikulum yang berlaku menyatakan penyihir seusianya belum sampai pada tahap pemanggilan roh. Dengan mantra dan pentacle serta dendam yang membara, ia memanggil Bartimaeus. Tanpa mereka sadari, perbuatan itu membuat mereka tergelincir dalam intrik sihir yang dipenuhi pengkhianatan, pemberontakan, dan pembunuhan. *** Yang paling menarik dari buku ini tentu saja petualangan Bartimaeus dalam melaksanakan perintah-perintah dari Nathaniel. Sudut pandang terbagi menjadi dua; dari sisi Bartimaeus dan orang ketiga. Narasi dari jin inilah yang selalu saya nantikan sepanjang saya membaca buku tersebut. Konyol, sarkastik, dan informatif. Terutama bagian catatan kakinya yang membuat buku ini begitu "hidup". Semacam interaktif yang kadang bisa memenuhi sepertiga halaman. Stroud juga berhasil menyajikan dunia sihir yang berbeda. Lebih banyak porsi dari kepercayaan Timur tengah sepertinya. Di buku ini, kebanyakan tipikal penyihir bukanlah "orang baik-baik". Pengajaran ilmu sihir versi Strout amat berbeda dengan JK Rowling. Entah bermaksud mencibir atau tidak, tapi ada satu bagian yang mengatakan bahwa "tak ada namanya akademisi sihir. Tiap murid hanya memiliki satu master dan tinggal di rumah masternya". Ketika membaca line ini, otomatis saya teringat Hogwarts. Alur ceritanya juga tidak terlalu bisa ditebak. Tidak adanya dikotomi pencitraan yang ekstrim tokoh protogonis dan antagonis menjadi kelebihan buku pertama dari trilogi Bartimaeus. Sampai lembar terakhir tidak ditemukan "ketidakrasionalan" plot. Semua terasa sah, mengingat tema yang diangkat, yaitu dunia sihir. Sejauh ini, nothing but two thumbs up for Strout!
Rating
+1 rating+1 rating+1 rating+1 rating+0 rating


 
 
[Semua Resensi Buku Ini]