Apa itu Resensi?
Resensi adalah pertimbangan, pembicaraan atau ulasan sebuah buku.
Resensi itu bukan sekadar menceritakan isi buku atau sinopsis.
Resensi adalah penilaian Anda secara kritis setelah membaca isi buku, apa kelebihannya atau kekurangannya.
Jadi sekali lagi, resensi tidak sama dengan sinopsis dan resensi tidak mengandung spoiler (membocorkan isi cerita yang penting).
|
|
|
28 Agu 2008 - 17:26:59
Isi Resensi : Trilogy Bartimaeus #1:Amulet of Samarkand
Nathaniel harus melupakan orangtua dan jati dirinya ketika menjadi
murid penyihir bernama Arthur Underwood. Ia memperoleh kasih sayang
menentramkan dari istri sang master dan guru seninya, tetapi merasa
kecewa terhadap sikap dingin Arthur akibat keterpaksaan dan kewajiban
mendidik. Nathaniel mencoba mengembangkan kemampuan sihirnya sendiri
dan melakukan berbagai hal sebelum waktunya, semata karena benci
dipandang rendah.
Pesona kisah fantasi bersetting Inggris ini terletak utamanya pada
karakter Bartimaeus dari Uruk, jin yang dipanggil Nathaniel untuk
mencuri Amulet Samarkand dari kediaman penyihir hebat Simon Lovelace.
Selera humornya yang pahit dari bab ke bab, menjadikan novel
yang lumayan tebal ini seru dan sulit dilepaskan. Bartimaeus menolak
diposisikan sebagai budak, terlebih setelah mengetahui titik lemah
Nathaniel. Ia dapat mencengkeram balik master ciliknya kapan saja,
kendati harus hancur bersama-sama. Salut setinggi-tingginya kepada
penerjemah yang mengalihbahasakan dengan luwes, menghasilkan karakter
yang begitu hidup dan menghibur
Jonathan Stroud melakukan riset menyeluruh untuk
melukiskan kerajaan penyihir dalam ceritanya, yang dikisahkan begitu luas
. Membawa-bawa Baghdad, Perang Troya, dan aneka
keterlibatan jin dalam banyak peristiwa historis dan mitologi. Dialog
Mr. Sindra saat mengajarkan Nathaniel memetik lyra dengan benar agar
dapat memanggil lamia mengingatkan saya pada pendapat-pendapat
sejumlah kalangan religius mengenai \'bahaya\' mendengarkan musik.
Begitu pula tujuan menggambar dengan akurat yang diterangkan Ms.
Lutyens, mengingatkan saya pada larangan guru agama
perihal menggambar mahluk hidup.
Dua kalimat berikut ini yang paling mendorong saya untuk terus
membaca,
\"Itu Gedung Parlemen, Sayangku, tempat seluruh penyihir andal pergi,
untuk memerintah Inggris dan kerajaan kita.\"
\"..semua kekuatan kita berasal dari demon. Tanpa bantuan demon, kita
tak lain hanyalah pesulap murahan dan tukang obat.\"
Tiga puluh halaman awal novel, yang saya beli enam bulan silam, ini masih
meninggalkan impresi samar-samar. Saya menanti
beberapa buku kemudian untuk melanjutkan membaca agar tidak
terpengaruh kehebohan resensi dan kesan para penikmat yang sudah lebih
dahulu menamatkan trilogi Bartimaeus. Permainan sudut pandang Jonathan
Stroud benar-benar keterbaruan yang tak boleh dilewatkan. \'Aku\'
menjadi \'dia\' dari paragraf ke paragraf menuntut otak pembaca bekerja
keras mengikuti sepak terjang Bartimaeus dan menepis kejemuan
jauh-jauh, terutama ketika Sakhr-al Jinni dari Al-Ashir ini tengah
berubah wujud.
Singkat kata, The Amulet of Samarkand merupakan karya fantasi yang
cerdas. Pesannya amat jelas, disampaikan melalui Ms. Lutyens,
\"Kesabaran adalah hal terpenting. Jika terburu-buru, kau akan gagal.
Dan kegagalan amat menyakitkan.\" |
|
|
[Semua Resensi Buku Ini] |
|