Display Buku
Menatap Punggung Muhammad
 
Rp 35.000
Hemat Rp 1.750
Rp 33.250

 
Apa itu Resensi?

Resensi adalah pertimbangan, pembicaraan atau ulasan sebuah buku.
Resensi itu bukan sekadar menceritakan isi buku atau sinopsis.
Resensi adalah penilaian Anda secara kritis setelah membaca isi buku, apa kelebihannya atau kekurangannya.
Jadi sekali lagi, resensi tidak sama dengan sinopsis dan resensi tidak mengandung spoiler (membocorkan isi cerita yang penting).
Resensi dari Mauliana
 
  08 Jan 2011 - 18:56:30

Isi Resensi :
Menatap Punggung Muhammad


"Apakah yang lebih besar dari iman?" Lalu kutatap lagi sosok lelaki yang tampak agung itu: Muhammad. "Kebaikan," katanya tiba-tiba, "Melebihi apapun, adalah yang paling utama dari semuanya. Aku menyebutnya ihsan." Itulah mimpi yang didapat oleh tokoh "aku" dalam cerita ini, tokoh utama yang tidak akan kita ketahui jati dirinya sampai di akhir cerita, tetapi telah mampu membuat hati saya bergetar hebat dan berurai air mata membaca suratnya. Novel ini adalah sebuah surat sepanjang 100 halaman yang ditulis oleh "aku" untuk sang kekasih, Azalea. "Aku" bermimpi bertemu dengan Rasulullah, hal yang sangat diinginkan oleh umat Islam di belahan dunia manapun, padahal "aku" adalah seorang non-muslim. Mungkin mimpi bagi kebanyakan orang hanyalah merupakan bunga tidur, begitu pula mimpi ini, yang awalnya dianggap biasa saja oleh "aku". Namun ternyata setiap detail dari mimpi itu kerap mengganggunya dan akhirnya membawa "aku' pada episode panjang sebuah penjalanan "pencarian" tentang tokoh Rasulullah. Perjalanan yang membuatnya meninggalkan keceriaan masa mudanya, meninggalkan keluarganya, dan juga kekasih yang sangat dicintainya. Menariknya bahwa "aku" menggunakan metode empiris untuk melakukan pencariannya. Dimulai dari memahami hakekat dan esensi tidur itu sendiri, yang entah bagaimana dapat mengantarkan manusia ke alam mimpi. Sebuah alam bawah sadar yang tidak mungkin dapat direncanakan sebelumnya. Dalam usahanya untuk mengenal tokoh Muhammad, "aku" menggeluti begitu banyak sumber, baik sumber yang berasal dari kalangan muslim sendiri maupun sumber-sumber yang berasal dari non-muslim. Cukup banyak data dan informasi yang "aku" sampaikan agar sang kekasih (yang juga non-muslim) dapat memahami"pencarian" yang tengah dilakukannya, yang juga ternyata mampu membuat saya semakin meyakini Rasulullah sebagai sosok yang 99,9% sempurna (karena sesungguhnya hanya ALLAH-lah pemilik kesempurnaan). "Aku" memulai pencariannya dengan melihat saat-saat terakhir dalam episode kehidupan Rasulullah. Peristiwa dengan Ukasyah di dalam mesjid usai Rasulullah memimpin shalat subuh berjamaah menunjukkan betapa dalam orang-orang di sekeliling beliau mencintainya. Begitu besar kecintaan mereka sehingga kesedihan yag mendalam atas kepergian Rasulullah mampu melumpuhkan sebuah kota (Madinah). Inilah buku yang membuat saya merasa sangat malu karena "aku" yang non-muslim mampu melakukan sebuah pencarian untuk lebih mengenal Rasulullah, sementara saya yang sudah menjadi muslim lebih dari 40 tahun, tidak lebih banyak tahu tentang tokoh yang menjadi junjungan saya (sebuah tamparan keras yang sama sekali tidak menyakitkan tapi mampu membuat saya menangis dan merenung). Inilah buku yang menyadarkan saya bahwa saya belum mampu berbuat kebaikan sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah. Saya yang mengaku beragama islam belum mampu meneladani sikap Rasulullah walau seujung kuku. Aku menatap punggung Muhammad yang menjauh.... Terus menjauh. Entah mengapa ada perasaan sedih yang teramat dalam saat ia meninggalkanku di tempat itu sendirian. Aku benar-benar tak rela melepasnya pergi... Aku menatap pungungnya dan memanggilnya kembali dengan mata rinduku... dan inilah buku yang mampu membangkitkan kerinduan saya yang tak tertahankan akan hadirnya sosok agung sang Rasulullah. Manusia mulia kekasih ALLAH.
Rating
+1 rating+1 rating+1 rating+1 rating+1 rating


 
 
[Semua Resensi Buku Ini]