Islam. Kemodernan. Dan Keindonesiaan

  • Cover Islam. Kemodernan. Dan Keindonesiaan
  • Cover Islam. Kemodernan. Dan Keindonesiaan
Rp 89.000
Hemat Rp 4.450
Rp 84.550
Judul
Islam. Kemodernan. Dan Keindonesiaan
No. ISBN
9789794338179
Penerbit
Tanggal terbit
Desember - 2013
Jumlah Halaman
400
Berat
700 gr
Jenis Cover
Soft Cover
Dimensi(L x P)
-
Kategori
Islam
Bonus
-
Text Bahasa
Indonesia ·
Lokasi Stok
Gudang Penerbit
(Pesanan membutuhkan waktu proses 2-4 hari kerja)
icon-help
Stok Tidak Tersedia

DESCRIPTION



Setiap pembaru di mana pun di muka bumi ini, hampir pasti dilawan, dicaci maki, dan dimusuhi, tetapi ajaibnya diam-diam diikuti. Ini juga berlaku atas Nurcholish Madjid yang telah bekerja keras untuk mengawinkan keislaman dan keindonesiaan.

Ahmad Syafii Maarif
Ketua PP Muhammadiyah Periode 1998-2005



****

Tak sulit disepakati bahwa Nurcholish Madjid adalah seorang pemikir-Muslim modernis atau, lebih tepat, neomodernismenggunakan peristilahan yang sering dia sendiri lontarkan. Maka, melanjutkan para perambah modernisme (klasik) di masa-masa lampau, Nurcholish Madjid berpendapat bahwa Islam harus dilibatkan dalam pergulatan-pergulatan modernistik. Namun, berbeda dengan para pendahulunya, kesemuanya itu tetap harus didasarkan atas kekayaan khazanah pemikiran keislaman tradisional yang telah mapan. Dalam hal lain, sebagai pendukung neomodernisme, dia cenderung meletakkan dasar-dasar keislaman dalam konteks nasional dalam hal ini, keindonesiaan.

Islam, Kemodernan, dan Keindonesiaan inidi tengah berbagai pembahasan atas tokoh iniadalah buku pertama yang menampilkan secara lengkap pikiran-pikiran tangan pertama Nurcholish Madjid, lewat tulisan-tulisannya sendiri mengenai soal-soal di atas. Meliputi rentang waktu tak kurang dari dua dasawarsa, antologi ini memuat pula pikiran-pikirannya tentang sekularisasi, plus tinjauan kembalinya atas heboh intelektual yang disulutnya itu.



****

Nurcholish Madjid tak kurang sebuah ikon, tidak hanya untuk Islam Indonesia, melainkan untuk seluruh bangsa Indonesia. Nama Nurcholish Madjid adalah simbol pembaruan dalam Islam di Indonesia. Suatu pembaruan yang sokogurunya adalah keterbukaan. Cak Nur yakin bahwa hanya Islam yang terbuka dapat memainkan peranannya dalam dunia dewasa ini. Terbuka bagi realitas sosial, realitas nasional, dan realitas global. Dia yakin bahwa Islam, Islam Indonesia dan Islam pada umumnya, harus ke luar dari keterpusatan pada dirinya sendiri apabila mau mengembangkan potensi-potensinya.

Karena itu, Cak Nur mengimbau agar Islam menerima negara sekulerbukan: negara sekularistik-antiagamadan plural. Agar Islam membuka diri pada ilmu pengetahuan, dan bagi nilai-nilai modernitas. Sangat keliru mereka yang menuduh Nurcholish Madjid tertular mentalitas luar Islam. Sebaliknya, salah satu keyakinan Cak Nur yang paling mendalam adalah bahwa sebenarnya Islam sendiri adalah agama kemanusiaan, tetapi juga agama yang positif terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Nurcholish Madjid berpikir secara inklusif. Dia tidak takut bahwa kalau manusia dari luar Islam dihargai, juga secara teologis, Islam akan kehilangan apa-apa. Dia yakin bahwa Islam yang percaya diri tidak perlu defensif.

Karena itu, keterbukaan Nurcholish Madjid juga dirasakan oleh mereka yang di luar Islam. Nurcholish Madjid adalah sosok yang bagi masyarakat di luar Islam memperlihatkan wajah Islam yang rahmatan lil alamin, yang dapat mereka percayai daripada takuti, dengannya mereka bisa melihat dengan mantap ke masa depan. Saya pribadi mendapat banyak sekali inspirasi dan semangat dari Cak Nur dan merasa berutang budi kepadanya.

Prof. Franz Magnis-Suseno SJ




Cak Nur secara tajam dan kritis menantang ideologi sekularisme, komunisme, humanisme, maupun liberalisme. Kritik-kritik tajam Cak Nur terhadap ideologi-ideologi ini masih relevan untuk mengkritisi sisi lain dari potret sosial, politik, dan budaya Barat kontemporer. Kritik-kritik ini merupakan bacaan menarik untuk dijadikan rujukan agar tidak disilaukan dengan importasi pemikiran modernisme Barat. Tapi, Cak Nur juga membuka ruang cukup besar untuk melakukan dialog dengan pemikiran Barat yang kompatibel dengan ajaran Islam.

Selain itu, tulisan-tulisan ini menjadi menarik karena Cak Nur menggeluti isu keislaman, keindonesiaan, dan kemodernan sebagai respons antisipatif terhadap masa depan umat Islam dan bangsa Indonesia. Cak Nur tidak sedang mencoba mencari penjelasan apologetik tentang Muslim di Indonesia. Cak Nur juga tidak sekadar merespons tudingan dunia luar tentang Muslim di Indonesia apalagi sekadar mereplikasi kenangan gemilang di masa lalu. Melalui tulisan-tulisannya, Cak Nur menengok ke masa depan. Ini adalah semangat yang perlu dikembangkan kembali dalam diskursus pemikiran Islam dan dialog antar-peradaban.

Anies Baswedan, Ph.D.


Nurcholish Madjid selalu mencerahkan. Kumpulan tulisan ini sekali lagi menunjukkan komitmennya untuk mengingatkan kita akan kesejarahan dalam pengalaman Muslim: pada akhirnya kita tak berbicara tentang Islam qua Islam, tapi tentang manusia-nyata pemeluk agama itu.  Nurcholish mengutip satu pendapat Gellner yang menurut saya problematis, bahwa Islam menyerupai cetak biru sosial (dari Tuhan), tapi pada akhirnya Nurcholish tak lupa menyebut orang Islam sebagai peran pelaku dalam ruang-dan-waktu. Saya tentu mengharapkan dia akan mengutarakan bahwa sejarah sebenarnya tak mengenal cetak biru, baik Islam maupun bukan, tapi saya bisa mengerti: Nurcholish bukan pemikir yang telah digoda oleh pasca-strukturalisme.

Goenawan Mohamad




Tentang Penulis


NURCHOLISH MADJID lahir di Mojoanyar, Jombang, 17 Maret 1939. Beliau adalah staf Lembaga Ilmu Pengetahuan (LIPI), Jakarta. Juga, menjadi dosen di Fakultas Adab dan Pasca-Sarjana IAINSyarif Hidayatullah, Jakarta.

Pendidikannya dimulai di Pesantren Rejoso, Jombang, dan kemudian di Pondok Pesantren Modern Gontor, Ponorogo. Setelah itu, beliau melanjutkan ke Fakultas Sastra dan Kebudayaan Islam IAINSyarif Hidayatullah dan tamat pada 1968. Sejak 1978-1984, beliau melanjutkan ke pendidikan doktoral di University of Chicago dan meraih gelar Ph.D. dengan disertasi berjudul Ibn Taimiya on Kalam and Falsafah: Problem of Reason and Revelation in Islam (Ibn Taimiyah tentang Kalam dan Filsafat: Suatu Persoalan Hubungan Antara Akal dan Wahyu dalam Islam).

Pernah menjabat Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam selama dua periode (1966-1969 dan 1969-1971), Presiden Persatuan Mahasiswa Islam Asia Tenggara, dan Asisten Sekretaris Jenderal International Islamic Federation of Students Organizations (IIFSO).

Beliau banyak menulis artikel di berbagai media massa. Karya-karyanya dalam bentuk buku, antara lain: The Issue of Modernization Among Muslims in Indonesia, dalam Gloria Davis (Ed.), What is Modern Indonesian? (1979); Islam in Indonesia: Challenges and Opportunities, dalam Cyriac K. Pullapilly (Ed.), Islam in the Contemporary World (1980), Khazanah Intelektual Islam, sebagai editor (1984).

Pengakuan atas perannya dalam kancah pemikiran keislaman di Indonesia tampak pada kenyataan dijadikannya pemikiran-pemikiran tokoh ini sebagai bahan beberapa disertasi doktoral sekaligus, di samping pembahasan-pembahasan dalam setiap karya tulis mengenai masalah tersebut.

WHY CHOOSE US?

TERLENGKAP + DISCOUNTS
Nikmati koleksi Buku Islam terlengkap ditambah discount spesial.
FAST SHIPPING
Pesanan Anda segera Kami proses setelah pembayaran lunas. Dikirim melalui TIKI, JNE, POS, SICEPAT.
BERKUALITAS DAN TERPERCAYA
Semua barang terjamin kualitasnya dan terpercaya oleh ratusan ribu pembeli sejak 2006. Berikut Testimonial dari Pengguna Jasa Bukukita.com
LOWEST PRICE
Kami selalu memberikan harga terbaik, penawaran khusus seperti edisi tanda-tangan dan promo lainnya

Produk digital

Karya Nurcholish Madjid lainnya:

Buku sejenis lainnya

Buku terbitan Mizan lainnya:

WorkLess, EarnMore the trilogy Part 1
Buku Who The Hell Are You? Buku Personal Branding
Buku pengembangan Diri Januari 2020
Buku Populer & Terlaris 2020