Dimsum Terakhir - COVER LAMA

  • Cover Dimsum Terakhir - COVER LAMA
Rp 55.000
Hemat Rp 2.750
Rp 52.250
Judul
Dimsum Terakhir - COVER LAMA
Penulis
No. ISBN
979
Tanggal terbit
April - 2006
Jumlah Halaman
361
Berat
500 gr
Jenis Cover
Soft Cover
Dimensi(L x P)
135x200mm
Kategori
Romance
Bonus
-
Text Bahasa
Indonesia ·
Lokasi Stok
Gudang Penerbit icon-help
Stok Tidak Tersedia

DESCRIPTION


Empat perempuan kembar yang mempunyai empat kehidupan berbeda. Empat masa depan yang membingungkan. Empat rahasia masa lalu yang menghantui. Dan satu usia biologis yang terus-menerus berdetik. Siska Yuantita, Indah Pratidina, Rosi Liliani, dan Novera Kresnawati terpaksa harus pulang untuk mendampingi ayah yang diprediksi tidak punya harapan hidup lagi. Mereka tidak pernah menyangka bahwa kesempatan berkumpul kembali ternyata mengubah segalanya. Pertanyaan-pertanyaan penting tentang kehidupan bermunculan, termasuk ketakutan, kecemasan, dan keangkuhan mengakui bahwa kehidupan dan kematian hanyalah sekadar garis tipis. Dimsum Terakhir adalah drama penuh harum memikat, cerdas, dan dituturkan dengan amat indah oleh novelis bestseller Indonesia, Clara Ng. Kisah ditulis modis dengan gaya lembut tapi kuat ini menyuarakan keberanian serta kekuatan yang (selalu) ada di setiap hati kita semua.

REVIEW Dimsum Terakhir - COVER LAMA

Oleh : f3r1n4, 11 Des 2006-10:12:45

Rating
+1 rating+1 rating+1 rating+1 rating+0 rating
Setelah mengajak pembacanya berkunjung ke Negeri Dewa-Dewi dalam novel Utukki: Sayap Para Dewa, Clara Ng mengajak kita menelusuri daerah pecinan di kawasan Kota bersama empat perempuan kembar, Siska Yuanita – seorang eksekutif muda yang bermukim di Singapura yang selalu ceplas-ceplos dan to the point kalau bicara, Indah Pratidina – wartawan, sekaligus penulis novel yang sering gagap kalau sedang panik, Rosi Liliani – si tomboi yang punya usaha perkebunan bunga di Puncak, dan yang paling muda, Novera Kresnawati – guru taman kanak-kanak di Yogya yang paling keras kepala tapi juga paling lembut.

Meski mereka berempat adalah kembar identik, ternyata sifat mereka jauh bertolak belakang. Tidak seperti kembar lain yang terkadang rukun, kompak, bisa merasakan satu sama lain seperti punya telepati, mereka berempat justru lebih sering bertengkar dan berbeda pendapat. Meskipun ketika masih kecil, almarhumah ibu mereka, Anas, suka mendandani mereka dengan pakaian yang sama, lambat-laun mereka terbentuk dengan pribadi yang berbeda-beda. Karena perbedaan itu, mereka sering tidak percaya kalau mereka sebenarnya adalah saudara kembar. Dalam novel ini, gambaran pertengkaran mereka, saling cela, saling bantah, menjadi bagian yang membuat novel ini jadi ceria.

Tapi, ketika ayah mereka, Nung Astana, terserang stroke, mereka pun harus mencoba mengalahkan ego mereka, mengesampingkan kehidupan pribadi mereka untuk sementara dan mendampingi ayah mereka dalam melewati detik-detik terakhir hidupnya. Mereka harus berkumpul kembali di rumah tempat mereka melewati masa kecil mereka.

Satu permintaan terakhir dari ayah mereka membuat keempat saudara kembar ini pusing tujuh keliling. Ayah mereka baru bisa meninggal dengan tenang kalau mereka berempat sudah menikah! Karuan mereka bingung, karena mereka berempat punya masalah yang rumit dalam kehidupan percintaan mereka. Kehidupan percintaan yang menjadi rahasia di hati mereka masing-masing.

Satu demi satu rahasia mulai terkuak. Masalah demi masalah pun timbul. Yang akhirnya tidak hanya membuat mereka menyadari betapa mereka tidak mengenal diri mereka sendiri, apalagi saudara kembar mereka. Pelajaran hidup pelan-pelan mempererat hati mereka. Tali imajiner di antara mereka kembali terikat erat.

Sambil mengikuti usaha mereka dalam memenuhi keinginan ayah mereka, kita akan diajak berkilas balik menyelami kehidupan masa lalu mereka ketika masih kecil, masa remaja, semasa ibu mereka masih hidup, masa-masa manis, masa bahagia, bahkan masa-masa ketika mereka harus mengecap pahitnya kehidupan. Tradisi Cina yang kental mewarnai hidup mereka. Seperti misalnya tradisi setiap tanggal 1 (ce it) dan tanggal 15 (cap go), mereka tidak boleh makan daging, hanya boleh makan sayuran; makan dim sum di pagi hari sebelum perayaan imlek; pergi ke klenteng bersama-sama. Riuh rendah kesibukan di Pasar Petak Sembilan, tenangnya gereja Santa Maria de Fatima di Pancoran turut mewarnai novel ini.

Berempat, mereka berusaha tetap mempertahankan tradisi Cina yang mungkin dianggap kuno dan tidak relevan lagi oleh sebagian orang.

Meskipun mengambil latar belakang budaya Cina, tapi tidak menjadikan novel ini penuh dengan isu diskriminasi antara keturunan pribumi atau non pribumi. ‘Sentilan’ tetap ada, tapi bukan sebuah kesinisan.

WHY CHOOSE US?

TERLENGKAP + DISCOUNTS
Nikmati koleksi Buku Romance terlengkap ditambah discount spesial.
FAST SHIPPING
Pesanan Anda segera Kami proses setelah pembayaran lunas. Dikirim melalui TIKI, JNE, POS, SICEPAT.
BERKUALITAS DAN TERPERCAYA
Semua barang terjamin kualitasnya dan terpercaya oleh ratusan ribu pembeli sejak 2006. Berikut Testimonial dari Pengguna Jasa Bukukita.com
LOWEST PRICE
Kami selalu memberikan harga terbaik, penawaran khusus seperti edisi tanda-tangan dan promo lainnya

Produk digital

Karya Clara Ng lainnya:

Buku sejenis lainnya

Buku terbitan Gramedia Pustaka Utama lainnya:

WorkLess, EarnMore the trilogy Part 1
Buku Who The Hell Are You? Buku Personal Branding
Buku pengembangan Diri Januari 2020
Buku Populer & Terlaris 2020