Pelajaran Pertama Bagi Calon Politisi-Kumpulan Cerpen Kompas

Kumpulan 15 cerita pendek (cerpen) Kuntowijoyo, salah seorang sastrawan Indonesia paling menonjol dari masa akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21. Bukan sekadar rangkuman karya, tapi sebuah antologi  mahakarya, masterpieces, yang beberapa di antaranya sempat dimahkotai penghargaan sastra dari dalam dan luar negeri.

Seperti yang juga bisa ditemukan dalam novel-novelnya, salah satu kekhasan sekaligus kekuatan cerpen-cerpen Kuntowijoyo terletak pada kerapnya digunakan bahasa percakapan,  colloquialism, yang sekaligus menunjukkan posisi etnisitasnya sebagai orang Jawa yang tetap njawani dalam berbahasa Indonesia.

Cerpen-cerpen yang pernah muncul di harian Kompas antara pertengahan tahun 1990-an hingga awal  2000-an ini merupakan karya-karya Kuntowijoyo yang abadi,  yang akan selalu layak  dibaca dan dinikmati sepanjang masa.

Kuntowijoyo lahir di Soroboyan, Sanden, Bantul, Yogyakarta, 18 September 1943, dan wafat pada 2005 Menulis sejumlah karya fiksi dan nonfiksi, termasuk Sulu  Awang-Uwung (1975); Isyarat (1976); Makrifat Daun, Daun Makrifat (1995); Kereta Api yang Berangkat Pagi Hari (novel, 1966); Khotbah di Atas Bukit (novel, 1976) Hampir Sebuah Subversi (kumpulan cerpen, 1999), Mengusir Matahari (fabel, 1999), Mantra Pejinak Ular (novel, 2000), dan Topeng Kayu (drama, 2001).

Sejumlah penghargaan pernah diraih Kuntowijoyo, di antaranya Penghargaan Sastra Indonesia dari Pemda DIY (1986), ASEAN Award on Culture (1997), Satya Lencana Kebudayaan RI (1997), SEW Write Award dari Pemerintah Thailand (1999), Penghargaan Majelis Sastra Asia Tenggara (2001) untuk novel Mantra Pejinak Ular, dan Anugerah Kesetiaan Berkarya di Bidang Penulisan Cerpen dari harian Kompas (2002).