Display Buku
Sang Sejarawan - The Historian
 
Rp 120.000
Hemat Rp 6.000
Rp 114.000

 
Apa itu Resensi?

Resensi adalah pertimbangan, pembicaraan atau ulasan sebuah buku.
Resensi itu bukan sekadar menceritakan isi buku atau sinopsis.
Resensi adalah penilaian Anda secara kritis setelah membaca isi buku, apa kelebihannya atau kekurangannya.
Jadi sekali lagi, resensi tidak sama dengan sinopsis dan resensi tidak mengandung spoiler (membocorkan isi cerita yang penting).
Resensi dari darkman
 
  16 Sep 2007 - 12:44:15

Isi Resensi :
Petualangan dari Perpustakaan


Orang bijak bilang bahwa ’Buku Adalah Jendela Dunia’, nah... buku The Historian ini adalah salah satu bukti nyata betapa dari buku (dan perpustakaan, sebagai gudangnya buku) kita bisa memecahkan banyak persoalan, dan bisa menjelajah ruang dan waktu. The Historian berkisah tentang pencarian makam Vlad Tepes alias Dracula. Petualangan pencarian makam ini terentang dalam tiga kurun waktu ; 1930an, 1950an dan 1970an, setiap rentang waktu dilakoni oleh tokoh-tokoh yang berbeda pula. Ceritanya sendiri berkisah tentang Vlad Tepes, penguasa Wallachia di Rumania (ternyata banyak orang salah kaprah, Drakula berasal dari Wallachia, bukan Transylvania apalagi Tasikmalaya). Pangeran satu ini terkenal kejam dan dijuluki Si Penyula (The Impaler, kalo bahasa Inggrisnya) karena metode penyiksaan dan pembunuhan lawan-lawannya yang super sadis ; tombak ditusuk dari anus (kadang sampai tembus lewat mulut) lalu sang musuh dibiarkan mati pelan-pelan sampai melorot dari ujung tombak ke pangkalnya. Vlad Tepes berkuasa sekitar tahun 1450-1470an. Ia adalah orang yang berjasa menahan gempuran bangsa Ottoman/Turki yang saat itu tengah jaya-jayanya dibawah pimpinan Sultan Mehmed. Berkat kehebatannya, Ottoman nyaris gagal menguasai Rumania, Bulgaria dan kawasan Balkan lainnya. Berkat Vlad pula Ottoman gagal menguasai Eropa Tengah. Dengan kata lain, bagi kaumnya, Vlad Tepes adalah pahlawan yang dikagumi sekaligus ditakuti karena kekejamannya. Ia tidak segan-segan membantai siapapun yang menghalangi langkahnya. Karena kekejamannya itu pula konon jiwanya dikutuk tidak bisa masuk surga dan harus mengembara di dunia selamanya. The Historian diawali dengan penemuan sekumpulan surat dan buku kuno oleh seorang wanita muda. Surat dan buku milik ayahnya itu ternyata mengungkapkan sebuah rahasia yang maha gelap ; bahwa Drakula ternyata masih hidup sampai hari ini. (ceritanya ber-setting tahun 70-an). Maka wanita muda ini pun (sampai akhir cerita, namanya tak kunjung disebutkan!!!) memulai perjalanannya mengikuti jejak-jejak Drakula lewat hasil riset sang ayah, ibu dan mentor mereka, Bartholomeuw Rossi. Tokoh utama di cerita ini sebenarnya adalah Paul, ayah si gadis, yang mencari mentornya yang hilang. Dugaan mereka, sang mentor dijadikan tawanan oleh antek-antek Drakula yang mereka percayai, berdasarkan bukti-bukti yang ada, masih hidup dan menghantui kehidupan manusia modern. Lewat surat dan hasil riset Rossi, Paul dan Helen, koleganya yang ternyata adalah putri tunggal Rossi, bertualang ke Istanbul yang indah dan megah, Eropa Timur yang misterius dan Prancis yang romantis. Perjalanan mereka tentunya tidak berjalan mulus karena kaki tangan Drakula, para vampir, terus berupaya menghalangi upaya penyelidikan mereka. Berdasarkan surat Rossi pula mereka menemukan kumpulan naskah kuno di berbagai perpustakaan penting dan mengungkap fakta-fakta sejarah yang mengejutkan. Berhasilkah mereka menemukan makam Drakula? Benarkah Drakula masih hidup? Ciee... seperti iklan film maksudnya... Saat membeli buku ini, sebenarnya saya agak pesimis. Soalnya saya memang bukan penggemar cerita horor, lebih-lebih Drakula atau Vampir yang modus operandi-nya sudah kita hafal betul. Namun saya tertarik dengan kemasan hard covernya yang bagus sekali. Jadi saya pikir, ”Kalaupun ngga terbaca, paling tidak bisa jadi hiasan yang cantik di rak buku ruang tamu”. Tapi ternyata The Historian memang tidak mengecewakan. Elizabeth Kostova dengan sangat sabar dan tekun mendeskripsikan berbagai tempat, benda sampai makanan yang ada dalam bukunya ini. Jelas sekali bahwa si penulis memang telah melakukan riset yang sangat mendalam dan jelas sudah mengunjungi langsung tempat-tempat yang dikisahkannya dalam The Historian. Dengan telaten Kostova mencoba menggambarkan betapa indahnya pemandangan di desa kecil Poenari, seramnya reruntuhan istana Drakula, enaknya makanan khas Turki, sampai bebauan khas yang kita jumpai saat memasuki perpustakaan naskah kuno seorang sejarawan di Bulgaria. Bahkan saat sang tokoh sarapan pun Kostova menjelaskan dengan detail menu sarapannya, cara menyantapnya...hmmm jadi bikin laper beneran. Dan pastinya, saat membaca buku ini saya jadi kepengen jalan-jalan ke Eropa Timur! Dan buat mereka yang beragama Kristen, buku ini mungkin bisa jadi semacam panduan buat wisata ziarah karena Kostova dengan sangat baik menggambarkan keindahan dan keunikan biara-biara yang ditemui dalam perjalanan sang tokoh. Tapi penulis juga tak lupa mencantumkan masjid-masjid indah yang ditemuinya saat petualangan seru ini membawa sang tokoh ke Istanbul, Turki. Model kisahnya sendiri juga mirip Balthasar’s Oddissey..yaitu perjalanan panjang melintasi berbagai negara dengan sarana yang terbatas untuk mencari suatu benda (kalo Balthasar’s Oddissey mencari buku, ini mencari Drakula). Peristiwa-peristiwa di buku ini tersampaikan dengan gaya flashback lewat surat-surat dari Rossi ke Paul dan dari Paul ke putri tunggalnya dan kemudian putrinya ini yang menyampaikan ke pembaca. Jadi kebayang, kalau kita baca dalam versi Inggris, semua kalimatnya pasti menggunakan ’past tense’. Jadi, melalui surat-surat itu kita tahu kalau kejadian di buku ini terjadi dalam tiga era ; 30an, 50an dan 70an. Alur cerita mungkin agak sedikit lambat, tapi tetap bisa menjaga rasa penasaran dan ketegangan kita. Buat saya pribadi yang suka sejarah, buku ini sangat mengasyikan karena detail-detailnya itu. Sekaligus juga meluruskan berbagai persepsi sejarah kita yang keliru. Berbeda dengan Da Vinci Code-nya Dan Brown yang di kemudian hari bikin saya gondok karena banyaknya fakta yang keliru (termasuk deskripsi tentang tempat-tempatnya), The Historian dengan teliti mengorek fakta-fakta sejarah. Mungkin buat sebagian orang bahkan terlalu teliti sehingga pemaparannya cenderung bikin ngantuk. Dan, karena mungkin kita kurang akrab dengan sejarah Eropa Timur agak sulit juga membedakan mana yang fiksi, fakta dan sejarah? Untungnya, terjemahan buku ini sangat baik sehingga tidak mengganggu proses mencerna fakta-fakta nan detail tadi. Yang pasti, Kostova memaparkan bagaimana cara kerja para sejarawan yang sesungguhnya ; dengan membaca ratusan buku, mengorek dokumen-dokumen kuno dan menjelajahi perpustakaan di seluruh dunia. Bukan dengan jumpalitan di atas kobaran api sambil menggendong wanita cantik a la Indiana Jones.
Rating
+1 rating+1 rating+1 rating+1 rating+1 rating


 
 
[Semua Resensi Buku Ini]