Mereka Menodong Bung Karno

  • Cover Mereka Menodong Bung Karno
Rp 59.000
Hemat Rp 2.950
Rp 56.050
Judul
Mereka Menodong Bung Karno
No. ISBN
978
Penerbit
Tanggal terbit
2008
Jumlah Halaman
-
Berat
-
Jenis Cover
-
Dimensi(L x P)
-
Kategori
Sosial-Politik
Bonus
-
Text Bahasa
Indonesia ·
Lokasi Stok
Gudang Penerbit
(Pesanan membutuhkan waktu proses 2-4 hari kerja)
icon-help
Stok Tidak Tersedia

DESCRIPTION

Letda. Inf. Soekardjo Witardjito, S.Miss., Lahir 22 Februari 1927 di SidomuLyo, Godean, SLeman, Yogyakarta. Selama 14 tahun dipenjarakan tanpa proses dan vonis pengadilan, "di-PKI-kan" oleh rezim Orde Baru. Dari LP Wirogunan (Yogyakarta), LP Katisosok (Surabaya), dan terakhir di LP Ambon, bebas tahun 1978. Namanya mencuat setelah "membeberkan" peristiwa Supersemar di Harian Umum Bernas, 22 Agustus 1998. Hasilnya 29 kali persidangan untuknya dengan tuduhan 'memberitakan kabar bohong dengan sengaja menerbitkan keonaran di kalangan rakyat'. Akhirnya pada tanggal 14 Agustus 2007, Mahkamah Agung (MA) membebaskannya dari segala tuduhan.


Dinihari, tanggal 11 Maret 1966 merupakan saat-saat yang menggetarkan bagi Soekardjo Wilardjito. Waktu itu ia menyaksikan sendiri satu sekuel sejarah kelam bangsa ini. Empat jenderal mendadak mengunjungi Istana Bogor, mereka adalah Jenderal M. Yusuf, Amir Machmud, Basoeki Rachmat, dan M. Panggabean. Mereka meminta Presiden Sukarno untuk menandatangani sebuah surat yang sangat penting. Dalam memoarnya ia menulis:

Hanya mengenakan baju piyama, Bung Karno menemui keempat jenderal tersebut. Lantas Jenderal M. Yusuf menyodorkan sebuah surat dalam map warna merah jambu. Setelah membaca surat tersebut, dengan nada terkejut, Bung Karno spontan berkata: "Lho, diktumnya kok diktum militer, bukan diktum kepresidenan!" Mendengar kata Presiden seperti itu, secara refleks aku yang berada di ruangan tersebut tak kalah terkejutnya. Surat itu tidak terdapat lambang Garuda Pancasila dan Kop surat tersebut bukan berbunyi Presiden Republik Indonesia, melainkan kop di kiri atas, Markas Besar Angkatan Darat (Mabad).

"Untuk merubah, waktunya sudah sangat sempit. Tanda tangani sajalah, Paduka. Bismillah," sahut Basoeki Rachmat, yang diikuti oleh M. Panggabean mencabut pistol FN 46 dari sarungnya. Secepat kilat aku juga mencabut pistol.

"Jangan! Jangan! Ya sudah kalau mandat ini harus kutandatangani, tetapi nanti kalau masyarakat sudah aman dan tertib, supaya mandat ini dikembalikan kepadaku." Keempat jenderal itu lantas mengundurkan diri. "Mungkin aku akan meninggalkan istana, hati-hatilah engkau," kata Bung Karno kepadaku. Dan benar itu menjadi malam terakhirku berjumpa dengan Bung Karno....

Buku ini banyak menguak tabir sejarah yang selama ini terpendam. Berikut kisah pilu dan mengharukan dari penulisnya yang notabene seorang eks tapol Orde Baru. Luar biasa, di hari senjanya ia masih mampu merekam kisah hidupnya dan terus menuliskannya menjadi jejak sejarah yang tak pernah kering.

WHY CHOOSE US?

TERLENGKAP + DISCOUNTS
Nikmati koleksi Buku Sosial-Politik terlengkap ditambah discount spesial.
FAST SHIPPING
Pesanan Anda segera Kami proses setelah pembayaran lunas. Dikirim melalui TIKI, JNE, POS, SICEPAT.
BERKUALITAS DAN TERPERCAYA
Semua barang terjamin kualitasnya dan terpercaya oleh ratusan ribu pembeli sejak 2006. Berikut Testimonial dari Pengguna Jasa Bukukita.com
LOWEST PRICE
Kami selalu memberikan harga terbaik, penawaran khusus seperti edisi tanda-tangan dan promo lainnya

Produk digital

Buku sejenis lainnya

WorkLess, EarnMore the trilogy Part 1
Buku Who The Hell Are You? Buku Personal Branding
Buku pengembangan Diri Januari 2020
Buku Populer & Terlaris 2020