Budaya dan Kuliner: Memoar Tentang Peranakan Dapur China Peranakan di Jawa Timur

Isi buku ini merupakan gabungan sejarah budaya Peranakan Tionghoa abad ke-20 di Jawa Timur dan survei tentang makanan yang mereka masak pada masa itu hingga masa kini. Makanan selalu melekat erat di dalam budaya, bahkan makanan merupakan bagian sangat penting dari suatu budaya. Karena itulah buku ini menyajikan sebuah buku yang merupakan gabungan antara sejarah dan resep masakan. Lebih dari 80 Resep dalam buku ini berasal dari buku masak penulis dan dari banyak buku masak lainnya yang ditulis dengan tulisan tangan oleh para perempuan Peranakan. Mereka adalah para perempuan keturunan Tionghoa yang lahir dan dibesarkan di Jawa Timur pada abad ke-20 hingga jalan hidup membawa mereka ke pelbagai tempat lain di dunia. Buku ini berisi catatan resep yang ditulis tangan oleh ibu, para tante dan anggota keluarga penulis lainnya. Semua resep telah diuji coba di dapur tua yang dibangun pada sekitar tahun 1900-an di rumah leluhur penulis. Nenek penulis adalah seorang pelaku bisnis yang tidak diperbolehkan menikmati pendidikan formal, namun belajar secara otodidak. Dahulu ibu penulis bekerja sebagai guru dengan 40 murid dalam kelasnya. Karena usianya saat ia mulai mengajar baru 17 tahun, ia tidak diperbolehkan berangkat ke sekolah sendirian. Dia harus ditemani seorang pembantu. Delapan puluh lima tahun kemudian, salah seorang cucu perempuan penulis yang berusia 8 tahun berangkat sendiri ke sekolah, ke kelasnya yang berisi 20 murid. Keakraban menjadi terjalin sangat erat karena banyak waktu yang dihabiskan bersama. Dalam masa kebersamaan itu, cara masak tradisional tetap dipertahankan walaupun makanan asing juga diperkenalkan. Kerap kali makanan asing disesuaikan rasanya dengan lidah Peranakan. Sebagai contoh, pasta dibuat menjadi lebih pedas dengan cara dibubuhi cabai. Bahkan ketika sanak saudara tinggal berpencar di berbagai penjuru dunia, mereka membawa selera dan cara masak Peranakan bersama mereka. Mereka tetap meneruskan kebiasaan berbagi dan menjadikannya milik bersama. Itulah Cap Peranakan Jawa Timur. Dengan semakin berkembangnya Peranakan, sudah saatnya resep masakan ditulis dengan lebih cermat. Kuantitas merupakan hal penting. Lagi pula, dengan berjalannya waktu, generasi yang mengerti bahasa campuran yang tertulis dalam resep lama akan menghilang. Resep yang ditulis di sini dimaksudkan untuk resep masakan yang dimasak di rumah. Memasak dan makan di rumah adalah hal yang dilakukan oleh hampir semua orang. Hal itu merupakan kenyataan sehari-hari paling tidak sampai awal abad ke-21, sebelum makanan sepinggan, microwave dan makanan cepat saji menjadi hal yang lazim. Masakan rumahan terdengar sangat sederhana, seolah-olah hanya berarti sekAdar memasak di rumah. Namun kenyataannya, di belakang hal itu terdapat jalinan sosial yang amat kompleks. Sebelum mulai memasak, Anda harus menanam, memanen atau berbelanja. Sebagian besar kegiatan tersebut dilakukan bersama anggota keluarga atau masyarakat desa. Memasak adalah interaksi dengan sesama mengenai cara memasak, tukar menukar resep, kiat-kiat memasak dan metode memasak. Selanjutnya hasil masakan dinikmati bersama keluarga dan teman. Tidak hanya sekedar makan bersama, namun juga berdiskusi dan berbagi tentang pengalaman hari itu, baik berupa kondisi politik terbaru, kesempatan bisnis, keadaan cuaca, maupun bergosip ria. Dengan demikian tercipta ikatan antar anggota keluarga dan antar teman.