The Rule of Four - Rahasia Renaisans

  • Cover The Rule of Four - Rahasia Renaisans
Rp 64.900
Hemat Rp 3.245
Rp 61.655
Judul
The Rule of Four - Rahasia Renaisans
No. ISBN
979
Penerbit
Tanggal terbit
November - 2006
Jumlah Halaman
576
Berat
500 gr
Jenis Cover
Soft Cover
Dimensi(L x P)
130x200mm
Kategori
Mistery-Thriller
Bonus
-
Text Bahasa
Indonesia ·
Lokasi Stok
Gudang Penerbit icon-help
Stok Tidak Tersedia

DESCRIPTION


Princeton, Jumat Agung, 1999. Pada malam sebelum wisuda, dua mahasiswa nyaris memecahkan misteri yang tersimpan dalam Hypnerotomachia Poliphili, sebuah teks Renaisans yang telah membingungkan para cendekiawan selama berabad-abad. Terkenal dengan kekuatan hipnotisnya terhadap siapa pun yang menelitinya, Hypnerotomachia mungkin akhirnya akan mengungkapkan rahasia yang terpendam selama 500 tahun kepada Tom Sullivan, yang ayahnya terobsesi pada buku itu, dan Paul Harris, yang masa depannya bergantung pada buku itu. Tapi, seiring dengan makin dekatnya tenggat waktu, penelitian mereka terkatung-sampai kemudian muncul sebuah buku harian kuno. Apa yang Tom dan Paul temukan di dalamnya bahkan membuat mereka sendiri terkejut: bukti bahwa lokasi sebuah ruang bawah tanah tersembunyi telah disamarkan lewat sandi-sandi di dalam halaman-halaman teks Renaisans yang membingungkan itu. Bersenjatakan petunjuk terakhir tersebut, kedua sahabat itu memasuki dunia magis Hypnerotomachiadunia tentang pengetahuan yang terlupakan, selera seks yang aneh, dan kekejaman yang tak terbayangkan. Tapi saat mereka menyadari betapa besarnya penemuan mereka, kampus Princeton yang bersalju terguncang: siswa yang telah lama mempelajari buku itu dibunuh, ditembak mati di tengah kesunyian ruang-ruang gedung departemen sejarah. Maka dimulailah siklus kematian dan terbukanya rahasia-rahasia yang memaksa Tom dan Paul, dengan dua teman sekamar mereka, masuk ke dalam putaran drama sebuah buku yang arti dan kekuatannya telah lama disalahmengerti. Sebuah kisah intrik abadi, ilmu yang begitu memesona, dan kekuatan imajinasi yang luar biasa, The Rule of Four adalah kisah seorang pemuda yang tercabik antara janji-janji masa depan dan daya tarik masa lalu, dan dibimbing hanya oleh persahabatan dan cinta. Tegang, penuh gairah, dan memesona *** "Jika Scott Fitzgerald, Umberto Eco, serta Dan Brown bergabung untuk menulis sebuah novel, hasilnya adalah The Rule of Four." Nelson DeMille, penulis Up Country dan The General's Daughter

REVIEW The Rule of Four - Rahasia Renaisans

Oleh : abitoto, 20 Mei 2010-11:19:03

Rating
+1 rating+1 rating+1 rating+0 rating+0 rating
Membaca The Rule of Four serasa berjumpalitan di bebatuan zaman. Pencarian para tokoh dalam buku ini untuk mengungkap rahasia terpendam dalam buku Hypnerotomachia Poliphili (Perjuangan Poliphilo Demi Cinta Dalam Sebuah Mimpi) membuat aku serasa berjumpalitan di bebatuan zaman. Hasil utama yang kudapat adalah memar dan nyeri sekujur tubuhku, fisik dan mental.
Membaca buku ini, aku terpaksa menjadi ‘agnostik’, menganggap semua yang dikatakannya adalah benar dan baik. Aku tinggalkan semua skeptisisme dan kritisisme, hanya untuk menjaga agar aku tetap berada dalam jalur cerita. Berat. Terutama karena aku tahu, rahasia yang diceritakan buku ini sudah beratus tahun usianya dan aku tak punya latar belakang yang memadai untuk memahami setting di abad pertengahan dunia barat saat Reneissance muncul (ini, mungkin, terutama adalah buah kemalasan saat belajar sejarah semasa sekolah dulu!!).
Pencarian Paul dan Tom akan rahasia buku ini, adalah pencarian klasik, ada harta terpendam di baliknya. Namun yang menjadikannya berbeda adalah saat dicoba diungkap bahwa rahasia itu sudah ditulis secara cerdik dan disimpan sebagai rahasia dalam sebuah buku. Ramuan pengetahuan tentang hampir segala sesuatu, kejayaan ilmu pengetahuan di masa lalu, ditampilkan secara bertubi tubi, hampir tanpa jeda yang cukup untuk aku bernafas, menjadi jejaring yang perlahan menutup rasa ingin tahuku. Hanya keinginan semu, untuk menyelesaikan apa yang telah kumulai, yang dapat menahanku membaca buku ini sampai halaman terakhir.
Secara pribadi aku tak mendapat banyak pencerahan dari buku ini, namun ada beberapa hal yang memang patut untuk dicatat:
Alur cerita yang selalu melompat, dari kini ke masa lalu, dengan jarak beberapa bulan , tahun bahkan abad, tanpa peringatan sebelumnya, membuat aku sering kali terantuk dan berupaya mengais sisa ingatanku tentang plot sebelumnya. Mungkin ini tanda pikiranku telah mulai menua. Tapi kalau aku bandingkan dengan Rahasia Meede, nampaknya Meede akan menjadi seperti cerita Lima Sekawan dibandingkan dengan The Rule of Four ini dalam hal plot yang melempar kita dari masa sekarang ke masa lalu kemudian menarik kita kembali ke masa kini dengan sekali sentak. Untungnya adalah bahwa focus para pencari pada Tom dan Paul tidak bergeser, sehingga aku masih bisa memusatkan diri pada dua orang ini untuk membantuku memahami alurnya.
Pembicaraan tentang masa kebangkitan Eropa di abad pertengahan perlu menjadi catatan khusus. Saat kejayaan ilmu berupaya dibangun kembali, kekuatan ortodoksi gereja ternyata menemukan celah yang dapat dipergunakan untuk berupaya menghancurkan dominasi ilmu pengetahuan atas gereja. Bukan karena ilmu pengetahuan itu sebenarnya, tetapi karena praktek moralitas orang yang berkutat di sekitar kejayaan ilmu itu. Aku jadi teringat kata kata Einstein bahwa Ilmu tanpa Agama akan sesat. Benar seperti yang digambarkan oleh AdianHusaini dalam Wajah Peradaban Barat, bahwa kegelapan sebelum dan sesudah abad pertengahan serta pemisahan Gereja dari kekuasan Politik dan kebangkitan Ilmu Pengetahuan dalam abad pertengahan merupakan konsekuensi logis dari kesesatan berfikir ‘terencana’ para penguasa Gereja dan perlawanan ‘buta’ dari para ilmuwan. Yang mengambil keuntungan adalah para saudagar, bangsawan dan oportunis yang bisa menguasai bekas kekuasaan gereja dan memanfaatkan penemuan brilyan para ilmuwan.
Paradoks. Catatan lain yang mungkin bisa diberikan pada buku ini. Tentang teman yang bisa dipercaya dan tidak. Tentang keyakinan, kepercayaan dan penghianatan. Tentang nilai kebaikan dan keburukan. Orang yang dipercaya telah menulis Hypnerotomachia Poliphili (aku mengakui, masih harus mencontek untuk dapat menuliskannya dengan benar!), seorang bangsawan Roma bernama Francesco Colonna, yang beranggapan bahwa dia melakukan kerja suci menyelamatkan hasil kebudayaan, pemikiran dan karya seni yang agung juga mendapati dirinya sebagai suatu paradox: untuk melindungi kerjanya yang dianggapnya suci itu, dia harus membunuh orang yang tadinya dia percayai.
Bagian catatan yang positif,bisa disebutkan. Bahwa kerja keras yang dilakukan untuk meneliti kandungan suatu buku menjadi kerja yang biasa dilakukan para peneliti di dalam kebudayaan barat sana. Dan bahwa kerja seperti itu mendapatkan penghargaan yang layak.
Kembali ke abad pertengahan. Penggambaran pertempuran nilai antara satu ekstrim nilai tentang kebenaran keberagamaan yang diklaim oleh Savonarola dengan ekstrim nilai lainnya tentang pengagungan hasil kebudayaan berupa karya seni dan ilmu pengetahuan yang diklaim oleh Colonna merupakan penggambaran yang nyaris sempurna tentang peradaban Barat sebagaimana coba dijelaskan oleh AdianHusaini. Padahal dalam The Rule of Four jelas disebutkan bahwa Savonarola tergerak untuk membersihkan Firenze yang tercemar oleh berbagai kejahatan. Tapi membersihkan ‘kejahatan’ masih terus dilanjutkannya dengan ‘pemurnian’ kehidupan kembali ke ajaran gereja, yang berpusat pada pembebasan (aku membacanya penebusan) dosa. Kekuatan yang dicoba dilawan oleh Savonarola adalah ‘humanisme’ yang di buku ini di’terjemah’kan sebagai ajaran bahwa hidup manusia adalah sebuah pencarian atas ilmu pengetahuan keduniawian dan kepuasan dan pendukungnya adalah para budayawan. Pemisahan ini, tentu saja, masih menemukan bentuknya di dalam masyarakat modern ini, tanpa disadari. Jejaknya bisa terlihat dalam diri Tom. Dia merasa bahwa kehadirannya di Gereja pada masa kecilnya tak lebih karena dia belum mampu menemukan dan menentukan sendiri kegiatan apa yang mesti diikutinya tiap minggu pagi. Dan setelah dia dewasa, pencarian jawaban atas rahasia buku Hypnerotomachia Poliphili tidak melibatkan dan menggambarkan kegiatan keagamaannya. Perfect Secularism. Satu wajah peradaban barat modern.
Satu lagi tentang Abad Pertengahan. Dark Middle Ages, itu sebutan yang pernah kudengar sewaktu sekolah dulu. Digambarkan secara cukup jelas. Dan adalah pengakuan yang sudah seharusnya, tatkala dikatakan dalam The Rule of Four bahwa sebagian (kalau bukan sebagian besar) dari kekayaan ilmu pengetahuan barat diambil dari khazanah ilmu pengetahuan Islam. Begitu yang kutangkap dari sebutan ‘Yang Mulia Ibnu Al Nafis’ sebagaimana ditulis dalam buku ini. Secara ilmiah, rupanya pengakuan itu ada. Namun kita tidak pernah mendengarnya secara popular. Dan yang lebih menyedihkan tentunya kenyataan saat ini, saat kita merasa silau dengan kemajuan ilmu pengetahuan dari Barat, bahkan sampai juga silau dengan budayanya dan mengagungkannya setingkat di atas dewa.
Last but not least. Thomas Corelli Sullivan. Tom. Pribadi yang membuatku merasa terwakilkan. Karena kebimbangannya yang terus menerus, terasa begitu manusiawi. Karena kecintaannya pada Katie dan gairahnya yang timbul tenggelam pada pencarian rahasia Hypnerotomachia Poliphili. Karena kemampuannya berkonsentrasi pada pilihannya. Karena penggambaran yang begitu nyata tentang frustasinya. Karena kemampuannya menyadari kekalahan, berupaya mengakuinya dan berdamai dengan dirinya sendiri, pada akhirnya. Tom adalah aku yang mengembara di alam The Rule of Four. Dan aku cukup iri padanya karena teman teman terbaik yang dimilikinya. It’s a perfect world of Tom, actually.
Di alam nyata aku berfikir, setelah 500 tahun, dengan segala perubahan, pembangunan (atau penghancuran) dan perluasan wilayah, apakah lokasi ruang bawah tanah itu masih tak terjamah secara tidak sengaja?
Pada akhirnya, mungkin aku terlalu sombong sewaktu mengatakan tak banyak mendapatkan pencerahan dari buku ini, setidaknya diukur dari banyaknya kata dalam uraian ini, serta sederetan kata lainnya yang masih melekat di kepala.
Mudah mudahan saja waktu yang terpakai untuk membaca buku ini dan menuliskan uraiannya tidak terbuang sia sia.

WHY CHOOSE US?

TERLENGKAP + DISCOUNTS
Nikmati koleksi Buku Mistery-Thriller terlengkap ditambah discount spesial.
FAST SHIPPING
Pesanan Anda segera Kami proses setelah pembayaran lunas. Dikirim melalui TIKI, JNE, POS, SICEPAT.
BERKUALITAS DAN TERPERCAYA
Semua barang terjamin kualitasnya dan terpercaya oleh ratusan ribu pembeli sejak 2006. Berikut Testimonial dari Pengguna Jasa Bukukita.com
LOWEST PRICE
Kami selalu memberikan harga terbaik, penawaran khusus seperti edisi tanda-tangan dan promo lainnya

Produk digital

Buku sejenis lainnya

WorkLess, EarnMore the trilogy Part 1
Buku Who The Hell Are You? Buku Personal Branding
Buku pengembangan Diri Januari 2020
Buku Populer & Terlaris 2020