Badung Ke Sarung

  • Cover Badung Ke Sarung
Rp 24.000
Hemat Rp 1.200
Rp 22.800
Judul
Badung Ke Sarung
No. ISBN
602
Penerbit
Tanggal terbit
2008
Jumlah Halaman
216
Berat
-
Jenis Cover
Soft Cover
Dimensi(L x P)
115x190mm
Kategori
Personal Literature
Bonus
-
Text Bahasa
Indonesia ·
Lokasi Stok
Gudang Penerbit
(Pesanan membutuhkan waktu proses 2-4 hari kerja)
icon-help
Stok Tidak Tersedia

DESCRIPTION

P-E-S-A-N-T-R-E-N. Apa yang ada di kepala orang ketika kata itu disebut? Mungkin ada sebagian orang yang menganggap pondok pesantren sebagai tempat berkumpulnya orang baik, rajin mengaji, dan taat pajak. Tapi gue kurang setuju dengan pendapat itu. Menurut gue, anak-anak pesantren gak semuanya baik. Kebanyakan dari mereka adalah anak yang terkekang. Itulah kesimpulan spontan-uhuy yang gue ambil gak berapa lama setelah masuk pesantren.

Badung Ke Sarung: Santri Badung Tanpa Sarung bercerita tentang Nailal, santri di sebuah pesantren yang terletak di kota besar. Di pesantren inilah dia menemukan teman-temannya yang juga badung. Mulai dari bolos mengaji sampai kabur tengah malam hanya demi nonton layar tancep. Hasilnya, mereka kena hukuman zikir semalaman suntuk. Di pesantren ini juga Nailal menemukan "makna kebebasan" dalam hidupnya.

REVIEW Badung Ke Sarung

Oleh : nailal, 08 Jan 2011-18:58:19

Rating
+1 rating+1 rating+1 rating+1 rating+0 rating
Bayol ketawa cekikikan dan memantau buruannya itu dari jauh. Lima belas menit mereka memantau masih belum ada reaksi apa-apa. Bayol pun mengeluarkan ide lain.

“Sekarang lo kelitikin kakinya!” sabda Bayol kepada pengikutnya.

Si Bateks pengikut setia Bayol rela menjadi martir untuk tugas suci itu. Dia ngambil kalam dari dalam Quran yang biasa dipake buat menunjuk bacaan ketika ngaji. Kebetulan kalam itu adalah kalam bulu angsa.

Faisal yang memang belum sadarkan diri, masih asyik dengan ngoroknya. Entah mimpi apa dia dalem tidurnya itu. Mungkin mimpi bersetubuh sama hamster. Tanpa banyak basa-basi Bateks ngelitikin kakinya Faisal. Faisal kegelian dan ingin menyepak. Tapi malang nasib dia karena jempol kakinya terhubung tali dengan tititnya. Seiring sepakan kuda Ambon kegelian itu, Faisal bangun lalu berteriak keras, “AAARRRGGGHHH!!!”

“HAHAHAHA!!!” Bayol ketawa puas.

Bayol adalah jenis orang-orang yang menganggap kelucuan adalah jika orang lain menderita. Jadi bahan kejahilan mereka biasanya pun menyangkut dengan kekonyolan-kekonyolan yang terkadang gak masuk pikiran. Contohnya seperti yang mereka lakukan pada Faisal Ambon tadi.

Sekilas membaca judul novel ini orang akan tahu bahwa kisahnya mungkin bercerita tentang santri yang badung. Namun lebih dari itu, novel ini menyajikan kebadungan yang mempunyai arti. Kebadungan yang alami dan apa adanya. Sejenis kebadungan yang menggelitik alam bawah sadar pembaca dan diam-diam berkata dalam hati, ‘Astagfirullah! Kok mirip gue ya!’

APA KATA MEREKA

“Badung ke Sarung, asik juga dibaca di sore hari sambil ngupi dan ngupil… Asal jangan ketuker aja. Yang dikorek kupi dan yang diseruput upil. Hiiiiii… Lucu, dan menyegarkan, hahahaha….”

Agung Novelzyius, Penulis Muda dan personel Foto Band

“Gue suka sama ceritanya!! Terutama pas Bang Fach cerita tentang seorang anak raja yang berkelana mencari kebebasan itu. Good story!!”

Rizal Khadafi, Mahasiswa UI Program Komunikasi Periklanan

“Permainan kata, tarian gaya bahasa, bertabur jenaka. Tapi tidak menghilangkan makna”

Dian Purnama Putra, Freelance Journalist

“Ha ana dza. Novel ini mampu merekonstruksi pemikiran dan kepribadian santri untuk jadi lebih baik.”

Muchammad Nathiq, SHI, Ketua Pondok Pesantren Al Arifiyah, Pekalongan

Novel ini lebih merupakan representasi kehidupan para santri di Ibu kota dan menurutku, lebih merupakan kisah pribadi penulisnya. Penulis memilih menggunakan gaya bercerita dengan menyapa langsung pembaca sehingga pada saat membaca, pembaca merasa sedang membaca surat curhat dari sahabatnya. Kelebihannya, dengan gaya ini pembaca akan merasa seolah kontak langsung dengan pencerita.

……

Secara moral, pesan novel ini tidak ditujukan untuk mengubah cara pandang atau menciptakan inspirasi baru bagi pembaca dalam menyikapi segala permasalahan yang terjadi di ponpes. Namun, lebih diperuntukkan guna memberikan gambaran bagaimana kehidupan di ponpes sampai akhirnya pelaku yang badung sadar bahwa setiap kebebasan akan membawa konsekwensi tanggung jawab yang harus diembannya.

Zahrotul Atiyah, Penulis Malaika Humaira

WHY CHOOSE US?

TERLENGKAP + DISCOUNTS
Nikmati koleksi Buku Personal Literature terlengkap ditambah discount spesial.
FAST SHIPPING
Pesanan Anda segera Kami proses setelah pembayaran lunas. Dikirim melalui TIKI, JNE, POS, SICEPAT.
BERKUALITAS DAN TERPERCAYA
Semua barang terjamin kualitasnya dan terpercaya oleh ratusan ribu pembeli sejak 2006. Berikut Testimonial dari Pengguna Jasa Bukukita.com
LOWEST PRICE
Kami selalu memberikan harga terbaik, penawaran khusus seperti edisi tanda-tangan dan promo lainnya

Produk digital

Karya Alexandra Leirissa Yunadi lainnya:

Buku terbitan Bukune lainnya:

WorkLess, EarnMore the trilogy Part 1
Buku Who The Hell Are You? Buku Personal Branding
Buku pengembangan Diri Januari 2020
Buku Populer & Terlaris 2020